Minggu, 19 Juni 2016

Inovasi Padi Jajar Legowo

Hasil Wawancara Petani Komoditas Pangan: Inovasi Padi Jajar Legowo

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pertanian


Disusun Oleh:
Kelas B
Kelompok 5

Apriana Sartika S.       (150510140024)
Rosi Rosidah               (150510140026)
Hildy Levia Maranggi (150510140035)
Lukman Firdaus          (150510140036)
Ahmad Yasin             (150510140047)



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian, yang berisikan pemaparan hasil wawancara petani yang berinovasi dalam melakukan budidaya tanaman.
Kami menyadari begitu banyak pihak yang membantu, memberi semangat, dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.  Pada kesempatan ini kami  menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan penuysun sampaikan kepada Dosen mata kuliah Sosiologi Pertanian yang telah memberi kesempatan kami untuk menyelesaikan laporan ini, juga yang  telah memberikan arahan dan bimbingan dengan kesabaran serta ketelitian dalam proses penyusunan laporan.  Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu baik moral, maupun material.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka, serta melimpahkan pahala.  Harapan kami semoga laporan hasil wawancara ini dapat berguna bagi semua pihak, baik masa kini maupun masa yang akan datang.  Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat diharapkan.

Jatinangor, 12 April 2016


Penyusun


DAFTAR ISI






Hasil Wawancara


1.1 Kegiatan dan Tujuan Wawancara

Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara secara langsung kepada petani di Dusun Cinenggang Desa Cileles.  Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kegiatan inovasi kegiatan budidaya tanaman padi. Inovasi yang diangkat pada pembahasan ini adalah penanaman dengan pengaturan jarak tanam yang disebut dengan jajar legowo.

1.2 Biodata Narasumber

Narasumber untuk kelompok 5 adalah seorang petani bernama Bapak Ukri. Pak ukri berdomisili di Dusun Cinenggang, Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Bapak yang berusia ± 60 tahun masih aktif melakukan kegiatan budidaya khususnya pada tanaman padi dan jagung. Sebagai ketua dari kelompok tani, Pak Ukri menjadi sosok yang terbuka pada perubahan dan sistem baru dalam dunia pertanian karena itulah beliau menjadi salah satu petani yang menerapkan sistem penanaman padi jajar legowo.

1.3 Pemaparan Narasumber

Bapak Ukri telah melakukan penanaman padi menggunakan sistem jajar legowo (Jarwo) selama ± 5 tahun. Awal mula ketertarikan Pak Ukri pada sistem jarwo adalah setelah menerima penyuluhan dari penyuluh pertanian yang bertugas di Desa Cileles. melalui pemaparan dan pendampingan dari penyuluh beberapa orang petani di Desa Cileles mulai menerapkan sistem jarwo pada lahan sawah mereka.
Sistem Jarwo memiliki beberapa variasi seperti jarwo 2:1, 4:1, 3:1 dsb. Selama rentang waktu 5 tahun pak ukti telah menerapkan beberapa jenis sistem jarwo. mulai dari 5:1, 2:1 (dengan jarak antar tanaman dalam barisan 12,5 cm) dan terakhir jarwo 2:1 (dengan jarak antar tanaman dalam barisan 25 cm). Berdasarkan pengalaman yang telah dialami sistem jarwo yang paling cocok diterapkan dilahan milik Pak Ukri adalah jarwo 2:1 (dengan jarak antar tanaman dalam barisan 25 cm).
Pada dasarnya jajar legowo memberikan pengaturan jarak tanam pada penanaman padi. pengaturan jarak tanam ini memberian dampak positif yaitu mudahnya aplikasi pemupukan dan perawatan tanaman. Selain hal tersebut sistem jarwo juga memberi kemudahan pada pengendalian hama dan menurunkan penggunaan pupuk. Adapun faktor pembatas yang menyebabkan terhambatnya pengaplikasian sistem jarwo di petani adalah anggapan bahwa dengan menerapkan sistem jarwo akan banyak menyisakan ruang kosong pada lahan pertanaman, dan petani yang belum memahami cara pengaturan jarak tanam akan merasa kebingungan saat melakukan penanaman (tandur).
Petani yang menerpakan sistem jarwo sebagian memilih untuk kembali menerapkan pengaturan jarak tanam umumnya. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurang berkembangnya pengalaan sistem penanaman jajar legowo. Pak Ukri merupakan satu dari banyak petani yang masih bertahan menerapkan sistem tanam jajar legowo. Hal ini dikarenakan Pak Ukri telah merasakan keuntungan dari penggunaan sistem jarwo. Mulai dari mudahnya aplikasi pemupukan, efektifitas aplikasi pupuk, dan kemudahan dalam pemeliharaan. Selain dari itu produktivitas padi dengan sistem jajar legowo memiliki nilai yang lebih tinggi dari penanaman dengan jarak tanam umumnya. Menurut Pak Ukri produktivitas padi sistem jarwo mampu mencapai 8-10 Ton/Ha (nilai ini didapat dari hasil perhitungan yang disebut “ngubin”).
Keberhasilan sistem jajar legowo tidak dapat dilepaskan dari pengaruh faktor lainnya seperti iklim, input pada tanaman, pemeliharaan dan proses budidaya lainnya. Dalam melakukan budidaya padi menggunakan sistem jajar legowo Pak Ukri memadukan dengan penggunaan benih hibrida dan penanaman bibit muda dengan usia 15-20 hss.

Analisa Usaha Tani
a.      Setelah menerapkan Jajar legowo
1.      Modal awal
Pengolahan lahan dan bibit                                         Rp   1.000.000
2.      Bahan Penunjang                                                     Rp.  1.480.000
*NPK 300 Kg x 2300 x 2                               Rp. 1.380.000
Pestisida                                                          Rp.    100.000
3.      Biaya Operasional                                                     Rp.   1.000.000
4.      Biaya Sewa Lahan                                                    Rp.   5.000.000
5.      Panen 8000 kg x 3000/Kg                                         Rp. 24.000.000
6.      Keuntungan Bersih                                                   Rp. 15.520.000

b.      Sebelum menerapkan Jajar legowo
7.      Modal awal
Pengolahan lahan dan bibit                                         Rp   1.000.000
8.      Bahan Penunjang                                                     Rp.  1.710.000
*NPK 350 Kg x 2300 x 2                               Rp. 1.610.000
Pestisida                                                          Rp.    100.000
9.      Biaya Operasional                                                     Rp.   1.000.000
10.  Biaya Sewa Lahan                                                    Rp.   5.000.000
11.  Panen 5000 kg x 3000/Kg (omset)                            Rp. 15.000.000
12.  Keuntungan Bersih (60% omset)                            Rp.   6.290.000

*)Pupuk di subsidi pemerintah




Kesimpulan


Pada beberapa daerah sudah ada petani yang menerapkan inovasi yang diberikan oleh pemerintah melalui penyuluh. Berbekal rasa ingin tahu dan kemauan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi Pak Ukri menerapkan inovasi penanaman padi dengan sistem legowo. Selain diterapkan pada sawah miliknya, beliau juga mengajak petani-petani lain di daerahnya untuk menerapkan sistem penanaman seperti dirinya.
Respon yang diberikan dari petani lain cukup positif. Adapun petani yang acuh dengan ajakan Pak Ukri, namun Pak Ukri tetap membuka diri bagi rekannya yang mau berbagi pengalaman dan cara bercocok tanam Pak Ukri. Selain menanam padi adapun usaha lain yang akan dicobanya, yaitu penambakkan ikan lele pada kolam yang akan dibuatnya di halaman rumah Pak Ukri.

DOKUMENTASI


0 komentar: