Laporan Hasil Wawancara Petani: Inovasi
Petani Komoditas Jagung
Laporan ini dibuat untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Pertanian
Disusun oleh:
Kelompok
6
Agroteknologi
B
Anissa Putri Br T. 150510140029
Hafidh Hermawan 150510140039
Dhiah Ayu Fitriana 150510140041
Adita Rizky Syntianis 150510140180
Wisnu 150510140189
PRORAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
2016
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Hasil Wawancara Petani
tentang Komoditas Jagung” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat
berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai komoditas jagung, cara budidaya serta inovasi yang
dapat dilakukan pada proses penanaman jagung. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam laporan hasil wawancara ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan laporan hasil wawancara yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yangmembangun.
Semoga laporan hasil wawancara sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan hasil wawancara yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Semoga laporan hasil wawancara sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan hasil wawancara yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jatinangor, 17 April 2016
Penyusu
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jatinangor
merupakan satu dari 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang, dengan luas wilayah
2.620 Ha. Kabupaten Sumedang memiliki topografi daerah berbukit dan bergunung
dengan ketinggian 25-1667 mdpl. Untuk luasan lahan perhutanan dan pertanian
yang telah dusahakan di kabupaten Sumedang mencapai >50 % dari luas wilayah
Kabupaten Sumedang (Sumedangonline.com). Variasi topografi yang dimiliki oleh
kabupaten Sumedang menjadikan berbagai jenis usaha tani mampu dikembangkan
dengan baik.
Berdasarkan
topografisnya kecamatan Jatinangor tergolong kedalam kelompok ketinggian
500-1000 mdpl sehingga termasuk kedalam dataran medium dengan daerah berbukit
dan bergunung. Dataran medium sangat berpotensi untuk penanaman berbagai jenis
tanaman palawija. Hal ini didukung dengan kondisi suhu dan kelembaban yang
tergolong menengah sehingga memudahkan tanaman untuk beradaptasi. Berdasarkan
data BPS Kab. Sumedang rata-rata hari hujan di kecamatan Jatinangor pada tahun
2005-2008 adalah 120 hari hujan, berada diatas rata-rata dari kecamatan
lainnya. Kondisi geografis dan klimatologis menjadi salah satu faktor penting
dalam budidaya tanaman konvensional.
Dalam proses
budidaya tanaman banyak faktor yang mempengaruhi keberlangsungannya. Seperti
tingkat populasi organisme yang ada pada lahan budidaya. Apabila organisme
tersebut populasinya melampaui ambang batas normal dan mulai menimbulkan
kerugian maka organisme tersebut digolongkan sebagai hama. Selain itu organisme
juga mampu menjadi vektor penyebar penyakit pada pertanaman, yang harus
dikendalikan apabila telah melebihi batas aman sesuai tingkatan. Hama dan
penyakit menjadi salah satu fokus utama yang harus diantisipasi dan dikendalikan. Seperti contohnya hama bulai mampu
menyebabkan puso 100 % pada pertanaman jagung. Selain menimbulkan kerugian bagi
petani, kehilangan hasil akibat serangan OPT juga mampu mengganggu stabilitas
sebuah komoditas.
Pengendalian Hama
dan Penyakit dewasa ini telah menerapkan sistem pengendalian terpadu. Yaitu
pengendalian yang mengkolaborasikan lebih dari satu teknik. Membuat sistem yang
kompatibel antara pengendalian fisik, mekanik, kultur teknis, biologi dan kimia
agar pengendalian yang dilakukan mampu mengurangi kerugian akibat serangan OPT
namun memiliki dampak negative seminimal mungkin pada lingkungan dan
kesehatan.
1.2 Kegiatan dan Tujuan Pengamatan
Kegiatan praktikum
ini adalah melakukan wawancara pada beberapa petani Jagung di wilayah kecamatan Jatinagor. Dengan
tujuan pengamatan mengetahui inovasi – inovasi yang sudha diterapkan oleh
petani di sekitar jatinangor dan melakukan analisa usaha tani. Selain itu,
pengendalian-pengendalian terhadap OPT juga menjadi objek untuk wawancara kami.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
2.1 Komoditas Tanaman Jagung
2.1.1 Klasifikasi
Tanaman Jagung
·
Kingdom : Plantae (Tumbuhan
·
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
·
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·
Sub Kelas : Commelinidae
·
Ordo : Poales
·
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
·
Genus : Zea
·
Spesies : Zea mays L
Jagung merupakan
salah satu tanaman penghasil karbohidrat. Pada saat ini jagung merupakan salah
satu makanan pokok yang dapat menggantikan beras. Komoditas jagung hingga saat
ini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Di Indonesia, jagung termasuk
bahan pangan yang penting karena sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Tanaman jagung
merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis namun dapat menyesuaikan diri
pada kondisi lingkungan di luar daerah tropis. Pada umumnya jagung tidak
memerlukan kondisi tempat tumbuh yang tidak terlalu ketat. Namun untuk hasil
yang optimum tanaman jagung membutuhkan beberapa syarat tumbuh yang harus
diperhatikan agar dapat menghasilkan tanaman jagung yang optimal.
2.1.2 Syarat
Tumbuh
Jagung dapat
tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50° LU – 0-40° LS dengan curah hujan
85-200 mm/tahun. Pada fase pembungaan dan pengisian buah, tanaman jagung lebih
membutuhkan air lebih banyak, jadi disarankan untuk menanam jagung di awal musim
penghujan. Tanaman jagung juga membutuhkan sinar matahari. Apabila tanaman
jagung tidak mendapatkan sinar matahari maka akan menghambat pertumbuhan dan
menurunkan hasil. Suhu yang dikehendaki antara 21-34°C. jagung akan dapat
tumbuh pada tanah Andosol, Latosol, Gromosol,dll. Untuk lebih mengoptimalkan,
maka jagung ditanam paada tanah yang gembur, kaya humus, dan kemasaman tanahnya
antara 5,6 – 7,5, aerasi dan ketersediaan airnya baik serta kemiringan lereng
kurang dari 8%.
2.1.3 Morfologi
Tanaman Jagung
Akar tanaman
jagung tergolong akar serabut yang mencapai kedalaman 8 cm. Akar tanaman jagung
terbagi menjadi tiga bagian yaitu akar seminal, akar adventif dan akar kait
atau penyangga. Akar tanaman jagung dapat menjadi indicator toleransi tanaman
terhadap cekaman alumunium. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk
silindris, terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Selain itu terdiri dari 3
komponen jaringan utama yaitu kulit, pembulu dan pusat batang.
Setiap daun
terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada
batang. Jumla daun umumnya berkisar antara 10-18 helai. Lebar daun bervariasi
mulai dari yang sangat sempit sampai lebar. Besar sudutnya mempengaruhi tipe
daun. Bentuk ujung daun tanmaan jagung bermacam-macam mulai dari runcing,
runcing agak bulat, bulat, agak tumpul dan tumpul. Bunga tanaman jagung disebut
tanaman berumah satu karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu
tanaman. Bunga betina muncul dari axillary apices tajuk sedangkan bunga jantan
berasal dari titik tumbu apical di ujung tanaman.
Tanaman jagung
memiliki satu atau dua tongkol sesuai dengan varietas. Setiap tongkol terdiri
atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian, meliputi; pericarp, endosperm dan lembaga (embrio). Berdasarkan
bentuk dan struktur bijinya dapat diklasifikasikan menjadi; jagung mutiara,
jagung gigi kuda, jagung manis, jagung brondong, jagung pulut, jagung dpm,
jagug minyak tinggi dan lain-lain.(Soediono, 2009).
BAB 3
Pembahasan Hasil Wawancara
3.1 Penjabaran Hasil Wawancara
Wawancara
dilakukan di wilayah sekitar Unpad yaitu di Dusun Cinenggang Waktu pelaksanaan
wawancara bertepatan dengan awal musim penghujan sehingga pertanaman Jagung
yang didapati masih beumur 2 MST dan 5 MST.
- Varietas Talenta
Tinggi tanaman :160-170
cm.
Tahan penyakit : bulai, karat dan hawar daun.
Panjang tongkol : ± 22 cm, diameter ± 6 cm
Bobot per tongkol : 300–400 gram.
Umur panen : 70 -76 HST.
Kondisi Biji :kuning rasanya manis (kadar gula 12–14° brix).
Potensi hasil :18 – 25 ton/ha.
Tahan penyakit : bulai, karat dan hawar daun.
Panjang tongkol : ± 22 cm, diameter ± 6 cm
Bobot per tongkol : 300–400 gram.
Umur panen : 70 -76 HST.
Kondisi Biji :kuning rasanya manis (kadar gula 12–14° brix).
Potensi hasil :18 – 25 ton/ha.
3.2 Kondisi Agroekosistem
Tanaman jagung pada
lahan (Cinenggang) jagung ditanam pada lahan sawah dengan pengairan menggunakan
irigasi pedesaan. Tekstur tanah yang pada lahan tersebut sedang dengan jenis
tanah berlempung dan warna gelap. Lahan memiiki topografi berbukit dengan
ketiggian medium yaitu sekitar 700 – 1000 mdpl. Vegetasi disekitar lahan jagung
adalah padi.
Petani menggunkan sistem pertanaman polikutur
dengan melakukan tumpang sari antara tanaman jagung, signkong, ubi, dan kacang
tanah, dengan tanaman utama dilakukan rotasi setiap musimnya. Rotasi tanam
dilakukan oleh petani tersebut. Petani melakukan rotasi dengan urutan jagung –
ubi – jagung – kacang tanah- jagung sigkong-jagung dst. senggang waktu pada
setiap jeda rotasi adalah 1 minggu. Petani kedua melakukan rotasi dengan
menngilir tanaman jagung dengan padi.
3.3 Inovasi yang Dilakukan
Para petani sudah
seharusnya melakukan beberapa inovasi – inovasi yang akan membantu dalam
meningkatkan produksi komoditasnya. Dengan perkembangan zaman, inovasi-inovasi
perlu di terapkan untuk dapat bersaing dan meningkatkan hasil produksi. Ada
pula beberapa contoh inovasi yang telah di lakukan oleh para petani Jagung di
daerah sekitar Unpad khusunya Bapak Herman dan Bapak Ukri, antara lain;
- Penerapan
program IP400 atau 4 kali tanam dalam setahun, dalam pengaplikasiaannya dapat
dilakukan dengan cara relay planting sebelum
panen pertanaman I, dengan cara ini dapat menghemat siklus waktu yang
diperlukan dan dapat menghemat biaya produksi, karena pengolahan tanah hanya
dilakukan sekali saat pertanaman pertama.
- Penyiangan
gulma yang terpadu dengan memperhatikan aspek lingkungan, sisa tanaman saat
panen ditinggalkan didalam baris tanaman yang dapat dijadikan sebagai mulsa dan
menekan pertumbuhan gulma. Dengan seperti itu pengunaan herbisida dapat
diminimalisir, kerusakan terhadap lingkungan rendah dan biaya produksi yang
dapat ditekan.
- Pengaturan
cara tanam dengan menggunakan sistem legowo, jarak tanam dalam system ini
sempit, sehingga kita bisa mengoptimalkan lahan yang digunakan dan tanaman yang
tumbuh lebih banyak sehingga hasil produksi dapat meningkat. Selain itu, dengan
system ini, memudahkan juga dalam pengendalian gulma.
Selain inovasi di
dalam budidayanya, petani tersebut juga sudah bergabung dalam GAPOKTAN
(Kelompok Tani). Bahkan Pak Ukri (yang kami wawancarai) itu sudah menjadi ketua
GAPOKTAN di daerah desa Cinenggang. Dengan bergabung di GAPOKTAN, para petani mendapatkan
keuntunga-keuntungan
.
BAB 4
Kesimpulan
Pada umumnya para
petani telah sadar akan perkembangan
zaman dengan persaingan yang cukup berat, ditambah pula dengan kondisi
lingkungan yang sudah kurang mendukung untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal. Untuk diperlukam beberapa
inovasi untuk mendukung segala aspek yang dibutuhkan di zaman sekarang seperti
ini.
Para petani di
daerah sekitar Unpad, khususnya Bapak Herman dan Ukri telah menerapkan beberapa
inovasi untuk menunjang hasil produksi tanaman jagung yang beliau tanam dengan
menerapakan program IP400 atau 4 kali
tanam dalam setahun, penyiangan gulma dengan memperhatikan aspek lingkungan,
sistem jarak tanam legowo dan bergabung dalam kelompok usaha tani GAPOKTAN untuk
mendapatkan beberapa bantuan dalam segi biaya ataupun ilmu yang didaptkan dari
penyuluhan-penyuluhan dari pemerintahan/instansi tetentu.
- Biodata
Narasumber
Nama
|
:
|
Herman
|
Umur
|
:
|
51 Tahun
|
Pendidikan
|
:
|
Perguruan Tinggi
|
Pekerjaan Utama
|
:
|
Petani
|
Pekerjaan Istri
|
:
|
Ibu Rumah Tangga
|
Jumlah Tanggungan
|
:
|
4
|
Tanaman dan Varietas
yang ditanam
|
:
|
Tanaman Jagung
varietas Jambore dan Bonansa
|
Lokasi Lahan
|
:
|
Desa Hegarmanah,
Kecamatan Jatiangor, Kabupaten Sumedang
|
Luas Lahan
|
:
|
10 hektar
|
Status kepemilikan
|
:
|
Milik pribadi
|
Sumber Modal
|
:
|
Swadaya modal sendiri
|
|
|
|
Nama
|
:
|
Ukri
|
Umur
|
:
|
60 Tahun
|
Pendidikan
|
:
|
Sekolah Dasar
|
Pekerjaan Utama
|
:
|
Petani
|
Pekerjaan Istri
|
:
|
Petani
|
Jumlah Tanggungan
|
:
|
2
|
Tanaman dan Varietas
yang ditanam
|
:
|
Tanaman Jagung
varietas Talenta
|
Lokasi Lahan
|
:
|
Dusun Cinenggang,
Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang
|
Luas Lahan
|
:
|
1 hektar
|
Status kepemilikan
|
:
|
Bagi hasil
|
Sumber Modal
|
:
|
Sawadaya modal
sendiri
|
- Rincian
Analisa Usaha Tani
Petani 1
|
||||
Pengeluaran
|
||||
Benih
|
Rp 480,000.00
|
|||
Pupuk
|
||||
Pupuk Anorganik
|
Rp 10,000.00/ Kg
|
Rp 30,000,000.00
|
||
Pupuk Organik
|
Rp 10,000.00/ Kg
|
Rp 5,000,000.00
|
||
Jumlah
|
Rp 35,480,000.00
|
|||
Pemasukan
|
||||
Bila harga jual Rp 1000/Kg
|
Rp 50,000,000.00
|
|||
*Untung
|
Rp 14,520,000.00
|
|||
*)Belum dikurangi biaya pekerja
|
||||
Petani 2
|
||||
Benih
|
Rp 48,000.00
|
|||
Pengeluaran
|
Pupuk
|
|||
Pupuk Anorganik
|
Rp 300,000.00
|
|||
Pupuk Organik
|
Rp 200,000.00
|
|||
Biaya Pekerja
|
Rp 500,000.00
|
|||
Jumlah
|
Rp 1,048,000.00
|
|||
Bila harga jual Rp 500/Kg
|
Rp 1,500,000.00
|
|||
Pemasukan
|
Untung
|
Rp 452,000.00
|
||
Bila harga jual Rp 1000/Kg
|
Rp 3,000,000.00
|
|||
Untung
|
Rp 1,952,000.00
|
Tanaman Jagung 5 MST
|
Lahan
Jagung Bapak Ukri 5 MST
|
Batas Pertanaman
|
Lahan Jagung Bapak Herman
|
Tanaman Jagung 2 MST
|
Adnan, A. M. (2009). Teknologi Penanganan Hama Utama
Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia, 978–979.
Retrieved from http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/515.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 2012. Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Teknik Pengendaliannya.
Tabloid Sinar Tani 25-31.
Lee YB, CY, Hwang, KM, Choi, and JY, Shim,
1980. Studies on the bionomics of the oriental corn borer Ostrinia furnacalis
(Guenee). Korean Journal of Plant Protection, 19(4):187-192.
Profil Daerah Kabupaten Sumedang Tahun
2009. http://labpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads
/2013/05/3. -KONDISI-GEOGRAFIS.pdf
diakses pada 12 Desember 2015
Ratnawati. 2015. Beberapa Penyakit Pada
Tanaman Jagung dan Pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
, Kementrian Pertanian.
Soediono, B. (2009). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman
Jagung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53, 160.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Surtikanti. (2011). HAMA DAN Penyakit Penting Tanaman
Jagung Dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 497–508.
Retrieved from
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/18hpros11.pdf
0 komentar: