Minggu, 19 Juni 2016

Inovasi Petani Komoditas Jagung

Laporan Hasil Wawancara Petani: Inovasi Petani Komoditas Jagung

Laporan ini dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas  Mata Kuliah Sosiologi Pertanian






Disusun oleh:
Kelompok 6
Agroteknologi B


Anissa Putri Br T.                   150510140029
Hafidh Hermawan                  150510140039
Dhiah Ayu Fitriana                 150510140041
Adita Rizky Syntianis             150510140180
Wisnu                                      150510140189



PRORAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016




Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Hasil Wawancara Petani tentang Komoditas Jagung” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai komoditas jagung, cara budidaya serta inovasi yang dapat dilakukan pada proses penanaman jagung. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan hasil wawancara ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan hasil wawancara yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yangmembangun.
       Semoga laporan hasil wawancara sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan hasil wawancara yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Jatinangor, 17 April 2016


Penyusu








BAB 1  

Pendahuluan


1.1 Latar Belakang

Jatinangor merupakan satu dari 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang, dengan luas wilayah 2.620 Ha. Kabupaten Sumedang memiliki topografi daerah berbukit dan bergunung dengan ketinggian 25-1667 mdpl. Untuk luasan lahan perhutanan dan pertanian yang telah dusahakan di kabupaten Sumedang mencapai >50 % dari luas wilayah Kabupaten Sumedang (Sumedangonline.com). Variasi topografi yang dimiliki oleh kabupaten Sumedang menjadikan berbagai jenis usaha tani mampu dikembangkan dengan baik.
Berdasarkan topografisnya kecamatan Jatinangor tergolong kedalam kelompok ketinggian 500-1000 mdpl sehingga termasuk kedalam dataran medium dengan daerah berbukit dan bergunung. Dataran medium sangat berpotensi untuk penanaman berbagai jenis tanaman palawija. Hal ini didukung dengan kondisi suhu dan kelembaban yang tergolong menengah sehingga memudahkan tanaman untuk beradaptasi. Berdasarkan data BPS Kab. Sumedang rata-rata hari hujan di kecamatan Jatinangor pada tahun 2005-2008 adalah 120 hari hujan, berada diatas rata-rata dari kecamatan lainnya. Kondisi geografis dan klimatologis menjadi salah satu faktor penting dalam budidaya tanaman konvensional. 
Dalam proses budidaya tanaman banyak faktor yang mempengaruhi keberlangsungannya. Seperti tingkat populasi organisme yang ada pada lahan budidaya. Apabila organisme tersebut populasinya melampaui ambang batas normal dan mulai menimbulkan kerugian maka organisme tersebut digolongkan sebagai hama. Selain itu organisme juga mampu menjadi vektor penyebar penyakit pada pertanaman, yang harus dikendalikan apabila telah melebihi batas aman sesuai tingkatan. Hama dan penyakit menjadi salah satu fokus utama yang harus diantisipasi dan dikendalikan.  Seperti contohnya hama bulai mampu menyebabkan puso 100 % pada pertanaman jagung. Selain menimbulkan kerugian bagi petani, kehilangan hasil akibat serangan OPT juga mampu mengganggu stabilitas sebuah komoditas.
Pengendalian Hama dan Penyakit dewasa ini telah menerapkan sistem pengendalian terpadu. Yaitu pengendalian yang mengkolaborasikan lebih dari satu teknik. Membuat sistem yang kompatibel antara pengendalian fisik, mekanik, kultur teknis, biologi dan kimia agar pengendalian yang dilakukan mampu mengurangi kerugian akibat serangan OPT namun memiliki dampak negative seminimal mungkin pada lingkungan dan kesehatan. 

1.2 Kegiatan dan Tujuan Pengamatan

Kegiatan praktikum ini adalah melakukan wawancara pada beberapa petani  Jagung di wilayah kecamatan Jatinagor. Dengan tujuan pengamatan mengetahui inovasi – inovasi yang sudha diterapkan oleh petani di sekitar jatinangor dan melakukan analisa usaha tani. Selain itu, pengendalian-pengendalian terhadap OPT juga menjadi objek untuk wawancara kami.



BAB 2  

Tinjauan Pustaka


2.1 Komoditas Tanaman Jagung

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jagung

·         Kingdom : Plantae (Tumbuhan
·         Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
·         Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
·         Sub Kelas : Commelinidae
·         Ordo : Poales
·         Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
·         Genus : Zea
·         Spesies : Zea mays L
Jagung merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat. Pada saat ini jagung merupakan salah satu makanan pokok yang dapat menggantikan beras. Komoditas jagung hingga saat ini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Di Indonesia, jagung termasuk bahan pangan yang penting karena sumber karbohidrat kedua setelah beras.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah tropis namun dapat menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan di luar daerah tropis. Pada umumnya jagung tidak memerlukan kondisi tempat tumbuh yang tidak terlalu ketat. Namun untuk hasil yang optimum tanaman jagung membutuhkan beberapa syarat tumbuh yang harus diperhatikan agar dapat menghasilkan tanaman jagung yang optimal.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50° LU – 0-40° LS dengan curah hujan 85-200 mm/tahun. Pada fase pembungaan dan pengisian buah, tanaman jagung lebih membutuhkan air lebih banyak, jadi disarankan untuk menanam jagung di awal musim penghujan. Tanaman jagung juga membutuhkan sinar matahari. Apabila tanaman jagung tidak mendapatkan sinar matahari maka akan menghambat pertumbuhan dan menurunkan hasil. Suhu yang dikehendaki antara 21-34°C. jagung akan dapat tumbuh pada tanah Andosol, Latosol, Gromosol,dll. Untuk lebih mengoptimalkan, maka jagung ditanam paada tanah yang gembur, kaya humus, dan kemasaman tanahnya antara 5,6 – 7,5, aerasi dan ketersediaan airnya baik serta kemiringan lereng kurang dari 8%.

2.1.3 Morfologi Tanaman Jagung

Akar tanaman jagung tergolong akar serabut yang mencapai kedalaman 8 cm. Akar tanaman jagung terbagi menjadi tiga bagian yaitu akar seminal, akar adventif dan akar kait atau penyangga. Akar tanaman jagung dapat menjadi indicator toleransi tanaman terhadap cekaman alumunium. Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silindris, terdiri dari sejumlah ruas dan buku ruas. Selain itu terdiri dari 3 komponen jaringan utama yaitu kulit, pembulu dan pusat batang.
Setiap daun terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang. Jumla daun umumnya berkisar antara 10-18 helai. Lebar daun bervariasi mulai dari yang sangat sempit sampai lebar. Besar sudutnya mempengaruhi tipe daun. Bentuk ujung daun tanmaan jagung bermacam-macam mulai dari runcing, runcing agak bulat, bulat, agak tumpul dan tumpul. Bunga tanaman jagung disebut tanaman berumah satu karena bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina muncul dari axillary apices tajuk sedangkan bunga jantan berasal dari titik tumbu apical di ujung tanaman.
Tanaman jagung memiliki satu atau dua tongkol sesuai dengan varietas. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap. Biji jagung terdiri atas tiga bagian, meliputi; pericarp, endosperm dan lembaga (embrio). Berdasarkan bentuk dan struktur bijinya dapat diklasifikasikan menjadi; jagung mutiara, jagung gigi kuda, jagung manis, jagung brondong, jagung pulut, jagung dpm, jagug minyak tinggi dan lain-lain.(Soediono, 2009).



BAB 3  

Pembahasan Hasil Wawancara


3.1 Penjabaran Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan di wilayah sekitar Unpad yaitu di Dusun Cinenggang Waktu pelaksanaan wawancara bertepatan dengan awal musim penghujan sehingga pertanaman Jagung yang didapati masih beumur 2 MST dan 5 MST.
  1. Varietas Talenta
Tinggi tanaman           :160-170 cm.
Tahan penyakit            : bulai, karat dan hawar daun.
Panjang tongkol          : ± 22 cm, diameter ± 6 cm
Bobot per tongkol       : 300–400 gram.
Umur panen                : 70 -76 HST.
Kondisi Biji                 :kuning rasanya manis (kadar gula 12–14° brix).
Potensi hasil                :18 – 25 ton/ha.

3.2 Kondisi Agroekosistem

Tanaman jagung pada lahan (Cinenggang) jagung ditanam pada lahan sawah dengan pengairan menggunakan irigasi pedesaan. Tekstur tanah yang pada lahan tersebut sedang dengan jenis tanah berlempung dan warna gelap. Lahan memiiki topografi berbukit dengan ketiggian medium yaitu sekitar 700 – 1000 mdpl. Vegetasi disekitar lahan jagung adalah padi.
   Petani menggunkan sistem pertanaman polikutur dengan melakukan tumpang sari antara tanaman jagung, signkong, ubi, dan kacang tanah, dengan tanaman utama dilakukan rotasi setiap musimnya. Rotasi tanam dilakukan oleh petani tersebut. Petani melakukan rotasi dengan urutan jagung – ubi – jagung – kacang tanah- jagung sigkong-jagung dst. senggang waktu pada setiap jeda rotasi adalah 1 minggu. Petani kedua melakukan rotasi dengan menngilir tanaman jagung dengan padi.



3.3 Inovasi yang Dilakukan

Para petani sudah seharusnya melakukan beberapa inovasi – inovasi yang akan membantu dalam meningkatkan produksi komoditasnya. Dengan perkembangan zaman, inovasi-inovasi perlu di terapkan untuk dapat bersaing dan meningkatkan hasil produksi. Ada pula beberapa contoh inovasi yang telah di lakukan oleh para petani Jagung di daerah sekitar Unpad khusunya Bapak Herman dan Bapak Ukri, antara lain;
-   Penerapan program IP400 atau 4 kali tanam dalam setahun, dalam pengaplikasiaannya dapat dilakukan dengan cara relay planting sebelum panen pertanaman I, dengan cara ini dapat menghemat siklus waktu yang diperlukan dan dapat menghemat biaya produksi, karena pengolahan tanah hanya dilakukan sekali saat pertanaman pertama.
-   Penyiangan gulma yang terpadu dengan memperhatikan aspek lingkungan, sisa tanaman saat panen ditinggalkan didalam baris tanaman yang dapat dijadikan sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan gulma. Dengan seperti itu pengunaan herbisida dapat diminimalisir, kerusakan terhadap lingkungan rendah dan biaya produksi yang dapat ditekan.
-   Pengaturan cara tanam dengan menggunakan sistem legowo, jarak tanam dalam system ini sempit, sehingga kita bisa mengoptimalkan lahan yang digunakan dan tanaman yang tumbuh lebih banyak sehingga hasil produksi dapat meningkat. Selain itu, dengan system ini, memudahkan juga dalam pengendalian gulma.
Selain inovasi di dalam budidayanya, petani tersebut juga sudah bergabung dalam GAPOKTAN (Kelompok Tani). Bahkan Pak Ukri (yang kami wawancarai) itu sudah menjadi ketua GAPOKTAN di daerah desa Cinenggang. Dengan bergabung di GAPOKTAN, para petani mendapatkan keuntunga-keuntungan                                                                                  .  



BAB 4  

Kesimpulan


Pada umumnya para petani telah sadar akan  perkembangan zaman dengan persaingan yang cukup berat, ditambah pula dengan kondisi lingkungan yang sudah kurang mendukung untuk mendapatkan hasil produksi  yang optimal. Untuk diperlukam beberapa inovasi untuk mendukung segala aspek yang dibutuhkan di zaman sekarang seperti ini.
Para petani di daerah sekitar Unpad, khususnya Bapak Herman dan Ukri telah menerapkan beberapa inovasi untuk menunjang hasil produksi tanaman jagung yang beliau tanam dengan menerapakan program  IP400 atau 4 kali tanam dalam setahun, penyiangan gulma dengan memperhatikan aspek lingkungan, sistem jarak tanam legowo dan bergabung dalam kelompok usaha tani GAPOKTAN untuk mendapatkan beberapa bantuan dalam segi biaya ataupun ilmu yang didaptkan dari penyuluhan-penyuluhan dari pemerintahan/instansi tetentu.



  1. Biodata Narasumber
Nama
:
Herman
Umur
:
51 Tahun
Pendidikan
:
Perguruan Tinggi
Pekerjaan Utama
:
Petani
Pekerjaan Istri
:
Ibu Rumah Tangga
Jumlah Tanggungan
:
4
Tanaman dan Varietas yang ditanam
:
Tanaman Jagung varietas Jambore dan Bonansa
Lokasi Lahan
:
Desa Hegarmanah, Kecamatan Jatiangor, Kabupaten Sumedang
Luas Lahan
:
10 hektar
Status kepemilikan
:
Milik pribadi
Sumber Modal
:
Swadaya modal sendiri




Nama
:
Ukri
Umur
:
60 Tahun
Pendidikan
:
Sekolah Dasar
Pekerjaan Utama
:
Petani
Pekerjaan Istri
:
Petani
Jumlah Tanggungan
:
2
Tanaman dan Varietas yang ditanam
:
Tanaman Jagung varietas Talenta
Lokasi Lahan
:
Dusun Cinenggang, Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang
Luas Lahan
:
1 hektar
Status kepemilikan
:
Bagi hasil
Sumber Modal
:
Sawadaya modal sendiri

  1. Rincian Analisa Usaha Tani
Petani 1
Pengeluaran
Benih
 Rp          480,000.00
Pupuk
Pupuk Anorganik
Rp 10,000.00/ Kg
 Rp    30,000,000.00
Pupuk Organik
Rp 10,000.00/ Kg
 Rp      5,000,000.00
Jumlah
 Rp    35,480,000.00
Pemasukan
Bila harga jual Rp 1000/Kg
 Rp    50,000,000.00
*Untung
 Rp    14,520,000.00
*)Belum dikurangi biaya pekerja
Petani 2
Benih
 Rp            48,000.00
Pengeluaran
Pupuk
Pupuk Anorganik
 Rp          300,000.00
Pupuk Organik
 Rp          200,000.00
Biaya Pekerja
 Rp          500,000.00
Jumlah
 Rp      1,048,000.00
Bila harga jual Rp 500/Kg
 Rp      1,500,000.00
Pemasukan
Untung
 Rp          452,000.00
Bila harga jual Rp 1000/Kg
 Rp      3,000,000.00
Untung
 Rp      1,952,000.00


  1. Dokumentasi
   
Tanaman Jagung 5 MST
      
  

     



Lahan Jagung Bapak Ukri 5 MST
Batas Pertanaman
 








Lahan Jagung Bapak Herman
Tanaman Jagung 2 MST
 












  

Adnan, A. M. (2009). Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung.  Balai Penelitian Tanaman Serealia, 978–979. Retrieved from http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/515.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Teknik Pengendaliannya. Tabloid Sinar Tani 25-31.
Bio Pengendalian OPT 2000. Belalang Kembara (Locuta migratoria). www.deptan.co.id.
Lee YB, CY, Hwang, KM, Choi, and JY, Shim, 1980. Studies on the bionomics of the oriental corn borer Ostrinia furnacalis (Guenee). Korean Journal of Plant Protection, 19(4):187-192.
Profil Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2009. http://labpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads /2013/05/3. -KONDISI-GEOGRAFIS.pdf diakses pada 12 Desember 2015
Ratnawati. 2015. Beberapa Penyakit Pada Tanaman Jagung dan Pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian , Kementrian Pertanian.
Soediono, B. (2009). Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53, 160. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Surtikanti. (2011). HAMA DAN Penyakit Penting Tanaman Jagung Dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 497–508. Retrieved from http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/18hpros11.pdf








0 komentar: