INOVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN
PRODUKSI PAPRIKA MENGGUNAKAN SCREENHOUSE DAN IRIGATION DRIP
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah
Sosiologi
Pertanian
Disusun oleh :
Kelompok VIII
Desvia Diyanti Nursyabani (150510140052)
Muhammad Fikri Nugroho (150510120127)
Yoshua Simamora (150510120122)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari sosiologi pertanian, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa
dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pengampu.
Makalah yang berjudul tentang “Inovasi Petani Dalam Produksi Paprika “ Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan
makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis
mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan
terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Jatinangor, 5 Mei 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pertambahan penduduk menyebabkan bahan pangan turut
meningkat pula, termasuk di dalamnya permintaan terhadap sayuran sebagai sumber
bahan pangan nabati. Peningkatan permintaan bahan pangan nabati tersebut akan
mendorong pengembangan usaha pertanian yang lebih intensif. Usaha pertanian
yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia dalam jumlah besar akan mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti
bagi kelangsungan perekonomian bangsa sehingga sektor pertanian menjadi basis
untuk memperkuat perekonomian bangsa sekaligus sebagai salah satu upaya untuk
mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang merupakan mayoritas dari
jumlah penduduk dan sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah.
Kegiatan pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, diarahkan pada
pertanian yang maju, rasional, efisien, dan tangguh. Pertanian tersebut
didirikan dengan penggunaan teknologi yang maju dan berwawasan lingkungan,
system pengelolaan yang berorientasi bisnis dan berkelanjutan, penggunaan
factor produksi yang padat modal, berwawasan lingkungan yang bersih dan
terkendali, serta didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura
diantaranya adalah budidaya tanaman paprika dalam screenhouse. Budidaya tanaman
sayuran dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh
perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media
tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk) yang
optimal, system irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakan system
Drip
irigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan
drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar
tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman
tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes
dengan kecepatan sangat pelan, sehingga jumlah air untuk masing-masing tanaman
dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum.
Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan
air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sistem irigasi
tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang
memiliki efisiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram. Dengan sistem
ini akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman, banyak sekali
menghemat waktu dan uang karena tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu
yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak.
Sehingga kualitas dan kontinuitas produksi akan terjaga dengan baik, serta
pengendalian hama penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu
produktifitas tanaman dapat lebih tinggi dibandingkan pada lahan luar.
Budidaya tanaman sayuran (hortikultura) dalam screenhouse
merupakan kegiatan usaha padat modal dan dibutuhkan keahlian (skill) yang cukup
memadai, sehingga sulit dilakukan/dijalankan oleh petani biasa (tradisional), hal
ini berdampak pada stabilitas harga yang relative stabil dan lebih
menguntungkan. (Ndroe, 2010)
Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman
hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Selain itu cabai paprika
juga digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan,
kosmetik, pewarna bahan makanan. Cabai paprika merupakan tanaman komoditas
sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat
sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai
paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang
bisnis yang cerah.
1.2 KEGIATAN
Kegiatan berupa wawancara terhadap karyawan baik teknisi,
tenaga pemeliharaan, maupun bagian manajerial Totall Cantigi Farm Di Desa Cikandang
Lebak Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut
1.3 TUJUAN
1.
Mengetahui
inovasi dalam meningkatkan produksi paprika dengan kualitas yang tinggi.
2.
Meningkatkan
keahlian dan pemahaman lebih jauh mengenai penggunaan system hidroponik dalam
budidaya agribisnis .
3.
Mampu
menganalisis faktor-faktor yang dibutuhkan dalam sebuah budidaya agribisnis,
salah satunya analisis biaya produksi instalasi bangunan screenhouse/
greenhouse dan drip irigation pada budidaya paprika ( capsicum annum ) .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi cabai paprika (Capsicum annum )
Cabai paprika (capsicum annum var. Grossum) termasuk family
terung- terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim
atau tanaman berumur pendek. Tanaman cabai paprika tumbuh sebagai perdu atau
semak, dengan ketinggian mencapai 4 meter.
Agar tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman
cabai paprika memerlukan temperature 21o C - 27oC pada siang hari dan 13 o C - 16o C pada malam hari. Tanaman paprika
memerlukan kelembaban udara sekitar 80%.Curah hujan 250 mm/bulan
ketinggian tempat 700 m dpl – 1500 m dpl
. Cahaya matahari, pada masa awal fase pertumbuhan, tanaman cabai paprika
memerlukan intensitas cahaya matahari yang rendah. Penyinaran secara langsung
dengan intensitas cahaya yang tinggi dapat mematikan tanaman (bibit). Oleh karena
itu, pada masa awal pertumbuhan, tanaman cabai harus diberi naungan.
2.2 Deskripsi Kontruksi Screenhouse
Screenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau
rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi tanaman dengan menggunakan
atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang
optimal, banyak juga yang menyebut screenhouse. Screenhouse biasanya dibangun
pada ketinggian 500-1500 M dpl, walaupun pada ketinggian dibawah 500 M dpl
masih bisa, tetapi biasanya kurang optimal produksinya, misalnya
dalampenyiraman/pemberian nutrisi akan lebih banyak volumenya dibandingkan
dengan dataran tinggi, ini disebabkan intensitas penyinaran dan suhu didataran
rendah lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sehingga evapotranspirasipun
tinggi. Screenhouse yang dibangun pada ketinggian dibawah 500 M dpl biasanya
untuk Nursery/pembibitan, penelitian, atau untuk perikanan an sejenisnya.
Jenis plastik yang biasa digunakan sebagai atap greenhouse
yang kuat terhadap faktor iklim antara lain plastik UV, plastik film,
polyethylene dan fiberglass. Plastik UV adalah plastik yang dilapisi bahan
kimia tertentu, sehingga dapat menahan sinar ultraviolet yang berlebihan tanpa
merusak tanaman. Untuk kebutuhan jenis plastik yang umum diperdagangkan di
Indonesia adalah jenis plastik UV 6%, 8%, dan 12%, dengan ketebalan sekitar 150
-200 micron.
Disekeliling greenhouse sebaiknya dipasang dinding pengaman.
dinding pengaman ini berfungsi melindungi tanaman dari berbagai gangguan yang
datang dari luar, yang sifatnya dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Contohnya
mencegah masuknya serangga. Dinding pengaman ini yang biasa dipakai adalah
sejenis screen, polynet, dsb. (Edi sugiyanto, 2009)
Bentuk dan ukuran greenhouse bisa mempengaruh itemperatur dan
kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan tanaman. Misalnya, tinggi greenhouse akan berperan dalam
menciptakan perbedaan suhu di luar dan di dalam greenhouse, sedangkan lebar dan
panjangnya berperan terhadap kekuatan greenhouse. Oleh karena itu, supaya tidak
terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar greenhouse,
maka greenhouse di buat sedemikian rupa sesuai dengan keadaan setempat,
sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan baik.
Bentuk dan ukuran greenhouse biasanya harus mempertimbangkan
curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di tanam. Syarat ketinggian, suhu, RH, sinar matahari
pada dasarnya sayuran & bunga dengan system hidroponik dapat tumbuh pada
semua dataran di Indonesia,tetapi karena hidroponik komersial dengan
menggunakan Greenhouse, maka faktor iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban (RH). Intensitas cahaya
yang dibutuhkan adalah 5-7 jam per hari, tetapi diusahakan intensitas cahaya
matahari yang masuk ke dalam greenhouse adalah 60-70 %.
2.3. Sistem pengairan
screenhouse/ greenhouse
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model
irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air
melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka
irigasi dilakukandengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa
air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia
modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno. Di lahan kering, air sangat
langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan
ditetapkanberdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta
sarana irigasi yang tersedia.
Ada
beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:
(1)
irigasi tetes (drip irrigation),
(2)
irigasi curah (sprinkler irrigation),
(3)
irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
(4)
irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation)
Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan
tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar
tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi
tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan
mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan
yang sehat. Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat
untuk pertumbuhan maksimum.
Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan
air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes
memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang memiliki
efesiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan sistem ini kita
akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman. Salah satu rahasia
membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering
sampai ke dalam akar.
Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman
bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sistemnya yang
terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. Sangat mudah untuk
mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan digital timer. Digital
timerdapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat selama
diperlukan. Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume
penyemprot rendah yang ideal untuk menjaga tanaman basah. Penggunaannya sangat
mudah, dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang
dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu. (Ndroe, Jan 2010)
BAB III HASIL WAWANCARA
3.1. Profil Narasumber/ Perusahaan
Totall Cantigi Farm (TCF)
merupakan bagian dari kelompok tani Cantigi, dan berada dalam lingkup Gapoktan
Bina Taruna Tani Mandiri, dimana usaha tani yang dijalankan oleh TCF merupakan
usaha tani pada sayuran ekslusive. Kelompok tani Cantigi terbentuk sejak tahun
1998, dengan ketua kelompok Ir.Iyep Risa Winaya (Ketua Gapoktan Bina Taruna
Mandiri). Kelompok tani Cantigi selama kurun waktu 1998 sampai sekarang banyak
bergelut pada budidaya tanaman lahan luar seperti tomat, cabe, kentang, kol,
selada, wortel, dan lain‐lain.
Sementara usaha budidaya tanaman sayuran pada lahan dalam (menggunakan
screenhouse) sudah dimulai sejak tahun 1997, dimana komoditi yang diandalkan
selama ini adalah paprika. Paprika yang
ditanam paprika kuning (varietas Sunny dan Caprino), paprika merah
(varietas Chang).
Kegiatan lain yang dilakukan
oleh TCF adalah tempat penelitian beberapa instansi pemerintah terkait, dalam
hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Garut, BPTP, BSBI, BBI, dan lain‐lain.
Selain itu, setiap tahun TCF menjadi lokasi PKL, Studi Banding, dan magang
beberapa instutusi pendidikan diantaranya adalah sekolah SPMA Tanjungsari, SPMA
Garut, mahasiswa APT, UNPAD, UNWIM, UIN Sunan Gunung djati Bandung, UNIGA, dan
lain‐lain
3.2 Hasil Wawancara dan Analisis
Secara umum tanaman paprika
memerlukan temperatur 21o C - 27oC pada siang hari dan 13o C - 16o
C pada malam hari. Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara
sekitar 60%-80%. Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700 mdpl – 1500 m
dpl. Penyinaran 8-12 jam/ hari (long day plant). Dalam budidaya paprika,
diperlukan keterampilan untuk menerapkan pengetahuan dan teknik budidaya yang
sesuai dengan daya duknung agroekosistem, dengan tinjauan berbagai aspek
agronomis dan agroekonomi. Keterampilan yang kurangdan pengetahuan yang tidak
memadai tentang cabai paprika yang
dibudidayakan dapat menyebabkan kegagalan dan kerugian yang besar. Selain
keterampilan dan pengetahuan, dalam membudidayakan cabai paprika sangat dibutuhkan
juga modal usaha yang cukup memadai.
Berbagai aspek agronomi yang
harus diperhatikan dalam membudidayakan cabai paprika dengan sistem hidroponik
dalam memulai membuka peluang usaha disektor ini antara lain : Pemilihan lokasi
dan pembangunan screenhouse, pembibitan/penyemaian benih, penanaman,
penyiraman, pemeliharaan, pemberian nutrisi, pengendalian hama dan penyakit
tanaman, pemanenan, pasca panen
Dalam usaha budidaya paprika
hidroponik tidak terlepas dari tiga modal utama yang harus terpenuhi yaitu :
· Pemilihan lokasi
· Pembangunan screen/green
house
· Sistem instalasi irigasi
yang digunakan
Hal diatas menjadi dasar
dalam budidaya paprika, karena tiga aspek diatas merupakan modal penting yang
harus terpenuhi agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan berproduksi
tinggi. Sebab dalam usaha budidaya paprika pemilihan lokasi, pembangunan
screenhouse dan instalasi irigasi merupakan modal yang cukup besar
pengeluarannya akan tetapi hanya satu kali pengeluaran dan dapat digunakan
secara kontinuitas. Khususnya pembangunan screenhouse yang akan mempengaruhi
terhadap syarat pertumbuhan tanaman paprika dari mulai permukaan tanah, sumber
air, ketinggian tempat, curah hujan, suhu/ temperature, kelembaban dan
penyinaran.
Prinsip
Kerja Kontruksi Screenhouse
Bentuk dan design kontruksi
screenhouse yang digunakan adalah bentuk piggy back system atau disebut juga
sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat. Bentuknya seperti rumah biasa
dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi
sebagai ventilator atau sirkulasi udara, akibatnya hawa panas yang ada di dalam
greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas, sehingga sirkulasi
udara yang masuk dan keluar dapat
berjalan dengan baik.
Karena bentuk dan ukuran
screenhouse bisa mempengaruhi temperature dan kelembaban di dalamnya, dengan
demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman dan mesti
diperhatikan betul-betul akan pengaruh yang dapat ditimbulkan dari kontruksi
bangunannya.
Pengunaan model screenhouse
seperti, tinggi screenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di
luar dan di dalam screenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap
kekuatan screenhouse. Oleh sebab itu, supaya tidak terjadi perbedaan yang
ekstrim antara suhu di dalam dan di luar screenhouse, maka screenhouse di buat
sedemikian rupa sesuai dengan keadaan iklim setempat, sehingga bentuk dan
ukuran screenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin
dan jenis tanaman yang akan di budidayakan.
Keuntungan
penggunaan screenhouse :
1. Pengaturan jadwal
produksi.
Pertanian di Indonesia
seperti kita ketahui, sangat tergantung pada keadaan cuaca dan juga terkadang
susah diprediksi yang akhirnya petani sulit menentukan jenis tanaman yang akan
diproduksi, Dengan kondisi seperti ini, banyak petani terjebak karena salah
menentukan komoditas yang di tanam. Karena jika musim hujan terlalu
panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit seperti fusarium dan pembusukan akar.
Atau, jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air,
tingkat serangan hama tinggi yang akhirnya dengan kondisi tersebut menimbulkan
kerugian bagi petani seperti gagal panen atau biaya produksi yang tinggi. Untuk
meminimalisir kerugian tersebut, tentu harus dicari suatu solusi alternatif
bagi petani.
Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.
Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.
2. Meningkatkan hasil
produksi
Selanjutnya, budidaya di
dalam screen house juga dapat meningkatkan hasil produksi lebih tinggi
dibanding dengan areal yang terbuka. Karena screen house, diantaranya dapat
meningkatkan tingkat harapan hidup dari bunga menjadi buah. Kondisi areal yang
beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif
dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit
ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi.
3. Konversi lahan
Sebagaimana disebut diatas
pada areal luasan yang sama, tingkat produksi budidaya di dalam screen house
lebih tinggi dibandingkan di luar screen house. Artinya, terjadi konversi lahan
setidaknya 1.5 - 3 kali dibanding budidaya diluar screen house. Hal ini tentu
dapat menjadi alternatif di tengah semakin sempit dan mahalnya lahan untuk
pertanian juga mengurangi tingginya biaya produksi dari pestisida, terlebih
bagi pertanian komoditas hortikultira.
4. Mengurangi biaya pestisida
Sama seperti green house,
screen house dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Screen dengan kerapatan mikron yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti
kutu daun, tryps dan lainnya. Sehingga biaya pestisida dapat diminimalisir.
5. Meningkatkan kualitas
produksi
Efek radiasi matahari seperti
sinar UV, angin, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan
residu pestisida tentunya akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan
kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dapat
memberikan hasil produksi tanaman yang berkwalitas baik ukuran maupun bentuk
visual produk.
6. Sarana agrowisata dan
penelitian
Budidaya dengan screen house
dapat menjadi sarana agrowisata dimana pengunjung dapat melihat berbagai jenis
tanaman yang kita tanam, karena dengan screen house performence budidaya kita
akan lebih terlihat profesional dan, screen house dapat menjadi sarana
penelitian bagi petani dan civitas pertanian lainnya untuk dunia pertanian yang
selalu dinamis perkembangannya.
Sistem Kerja Instalasi Drip
Irrigation
Prinsip kerja dari Drip
Irrigation atau irigasi tetes ini adalah sebuah system yang menggunakan tabung/
toren dan drippers untuk mengantarkan air dan nutrisi tanaman melalui pipa pada
tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman
tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes
langsng ke pusat akar dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah
dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.
Jumlah debit air atau nutrisi
untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan
maksimum. Keunggulan sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar
kehilangan air disebabkan penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.
Sehingga dengan menggunakan sistem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu
dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal
itu akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman menjadi rusak.
Ketimbang memanfaatkan gaya
gravitasi bumi yang dalam prinsip kerjanya kurang begitu baik, dari segi waktu
kurang efesien dan juga pasokan air atau nutris untuk tanaman relative tidak
sama dan cenderung adanya kelebihan air pada setiap tanamannya. karena
permukaan tanah yang tidak rata, sedangkan untuk menggunakan sistem drip
irrigation diperlukan permukaan tanah yang rata, sehingga ketika air yang
didorong oleh mesin pompa akan mudah mengalir kecepatan dengan debit yang sama.
Selain itu sistem ini dapat
juga menggunakan digital timer, yaitu alat pemberian air yang dapat dikontrol
secara otomatis sesuai waktu dan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan
tetapi karna kendala keamanan maka Total Cantigi Farm hanya menggunakan sistem
kalibrasi sederhana, yaitu dengan cara menyimpan gelas ukur secara acak
disetiap sudut barisan tanaman sampai mencapai kebutuhan yang telah ditentukan
untuk menghitung debit air yang dibutuhkan dan selanjutnya hanya menggunakan
satu kontrol saja untuk biasa tahu berapa banyak debit air atau nutrisi yang
diberikan pada tanaman setelah melalui proses kalibrasi tersebut.
Oleh sebab itu perlu
diketahui terlebih dahulu berapa banyak kebutuhan nutrisi atau air yang
diperlukan oleh tanaman satu kali aplikasi.
Contoh :
untuk satu periode tanam nutrisi yang dibutuhkan sebanyak 17 set nutrisi maka
bila di perhitungkan : 17 x Rp.520000 (harga nutrisi) = Rp.8.840.000 (double
row).
Dan
bila dihitung rata-rata kebutuhan nutrisi siap aplikasi per tanaman untuk
single row adalah :
Analisis
Biaya :
Nilai Bangunan Screen dan
Sistem Irigasi = Rp. 4.292.400
· Laba Tiap Periode :
Pendapatan Kotor – (Biaya
Operasional Tanam + Depresiasi Screen House
dan Irigasi) =
Rp. 75.000.000 – (Rp.
21.246.500 + 4.292.400) = Rp.75.000.000 –
Rp. 25.538.900 = Rp.
49.461.100
· Zakat 5 %
Rp. 49.461.100 x 5% = Rp.
2.473.055
Bila modal dari investasi
maka :
Laba Bersih : Rp. 49.461.100
Laba investor : 60% x Rp.
49.461.100 = Rp. 29.676.660
Laba Pengelola : 40% x Rp.
49.461.100 = Rp. 19.5784.440
Pendapatan investor tiap
periode : Rp. 29.676.660 + Rp 4.292.400 =
Rp 33.969.060
· Persentase Laba Bagi Hasil
untuk Investor : 44,03%
BEP Investasi : Rp 59.625.500
: 33.969.060 = 1,75
Dimana BEP Modal Investasi
tercapai setelah 1,75 Periode
· BEP / Titik Impas Produksi
Tiap Periode :
Biaya Produksi per Pohon :
Rp. 8.498,6
Harga Rata-rata Paprika per
Kg : Rp. 10.000
BEP 8.498,6 : 10.000 = 0,8
Jadi, setiap pohon minimal
harus mampu berproduksi rata-rata 0,8 Kg Per
Pohon dengan harga jual
rata-rata Rp. 10.000/Kg
BAB IV PENUTUP
Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang
penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari.
Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai
komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang
cerah.
Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura
budidaya tanaman paprika dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti
pengaruh perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan
(media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk)
yang optimal, sistem irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien
mengunakansystem Drip irrigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang
menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah
langsung ke akar tanaman.
Bentuk dan design kontruksi greenhouse atau screenhouse yang
biasa digunakan bermacam-macam diantaranya yang digunakan di TCF adalah bentuk
piggy back system atau disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua
tingkat, dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut
berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara. Dan bentuk ini sering sekali
digunakan.
DOKUMENTASI
Topografi Wilayah Desa
Cikandang
Budidaya Paprika dalam
Screen House
Lokasi Lahan Perkebunan di
Lahan luar
Salah satu ScreenHouse TCF
Team & Lokasi Untuk Pengembangan
Keadaan dalam Screen
Gambar ScreenHouse tampak luar
Pohon Paprika Mendekati Masa Akhir Panen
Jarak tanam Pohon
Buah Paprika Hijau dan Merah
Jarak Baris Tanaman Paprika
Paprika Kuning
Sistem Irigasi Tetes
Irigasi Tetes (Drip Irrigation)
0 komentar: