Minggu, 19 Juni 2016

INOVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PAPRIKA MENGGUNAKAN SCREENHOUSE DAN IRIGATION DRIP

INOVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PAPRIKA MENGGUNAKAN SCREENHOUSE DAN IRIGATION DRIP
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sosiologi Pertanian

Disusun oleh :
Kelompok VIII


Desvia Diyanti Nursyabani               (150510140052)
Muhammad Fikri Nugroho               (150510120127)
Yoshua Simamora                                      (150510120122)

               UNIVERSITAS PADJADJARAN
                    FAKULTAS PERTANIAN
                       AGROTEKNOLOGI
                                     2015


KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan bagi kami sebagai penyusun untuk dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas dari sosiologi pertanian, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui lebih jauh dari materi yang diberikan dosen pengampu.
Makalah yang berjudul tentang “Inovasi Petani Dalam Produksi Paprika “  Mengenai penjelasan lebih lanjut kami memaparkannya dalam bagian pembahasan makalah ini.
Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka kami sebagai penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan kualitas makalah ini.


Jatinangor, 5 Mei 2016




BAB I PENDAHULUAN

 

1.1     LATAR BELAKANG

Pertambahan penduduk menyebabkan bahan pangan turut meningkat pula, termasuk di dalamnya permintaan terhadap sayuran sebagai sumber bahan pangan nabati. Peningkatan permintaan bahan pangan nabati tersebut akan mendorong pengembangan usaha pertanian yang lebih intensif. Usaha pertanian yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam jumlah besar akan mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi kelangsungan perekonomian bangsa sehingga sektor pertanian menjadi basis untuk memperkuat perekonomian bangsa sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang merupakan mayoritas dari jumlah penduduk dan sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah.
Kegiatan pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, diarahkan pada pertanian yang maju, rasional, efisien, dan tangguh. Pertanian tersebut didirikan dengan penggunaan teknologi yang maju dan berwawasan lingkungan, system pengelolaan yang berorientasi bisnis dan berkelanjutan, penggunaan factor produksi yang padat modal, berwawasan lingkungan yang bersih dan terkendali, serta didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura diantaranya adalah budidaya tanaman paprika dalam screenhouse. Budidaya tanaman sayuran dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk) yang optimal, system irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakan system
Drip irigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman.  Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan, sehingga jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum.
Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang memiliki efisiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram. Dengan sistem ini akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman, banyak sekali menghemat waktu dan uang karena tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak. Sehingga kualitas dan kontinuitas produksi akan terjaga dengan baik, serta pengendalian hama penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu produktifitas tanaman dapat lebih tinggi dibandingkan pada lahan luar.
Budidaya tanaman sayuran (hortikultura) dalam screenhouse merupakan kegiatan usaha padat modal dan dibutuhkan keahlian (skill) yang cukup memadai, sehingga sulit dilakukan/dijalankan oleh petani biasa (tradisional), hal ini berdampak pada stabilitas harga yang relative stabil dan lebih menguntungkan. (Ndroe, 2010)
Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Selain itu cabai paprika juga digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan. Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah.

1.2     KEGIATAN

Kegiatan berupa wawancara terhadap karyawan baik teknisi, tenaga pemeliharaan, maupun bagian manajerial Totall Cantigi Farm Di Desa Cikandang Lebak Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

1.3     TUJUAN

1.      Mengetahui inovasi dalam meningkatkan produksi paprika dengan kualitas yang tinggi.
2.      Meningkatkan keahlian dan pemahaman lebih jauh mengenai penggunaan system hidroponik dalam budidaya agribisnis .
3.      Mampu menganalisis faktor-faktor yang dibutuhkan dalam sebuah budidaya agribisnis, salah satunya analisis biaya produksi instalasi bangunan screenhouse/ greenhouse dan drip irigation pada budidaya paprika ( capsicum annum ) .



BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1  Deskripsi cabai paprika (Capsicum annum )

Cabai paprika (capsicum annum var. Grossum) termasuk family terung- terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. Tanaman cabai paprika tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan ketinggian mencapai 4 meter.
Agar tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai paprika memerlukan temperature 21o C - 27oC pada siang hari dan 13 o  C - 16o C pada malam hari. Tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 80%.Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian  tempat 700 m dpl – 1500 m dpl . Cahaya matahari, pada masa awal fase pertumbuhan, tanaman cabai paprika memerlukan intensitas cahaya matahari yang rendah. Penyinaran secara langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi dapat mematikan tanaman (bibit). Oleh karena itu, pada masa awal pertumbuhan, tanaman cabai harus diberi naungan.

2.2 Deskripsi Kontruksi Screenhouse

Screenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi tanaman dengan menggunakan atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang optimal, banyak juga yang menyebut screenhouse. Screenhouse biasanya dibangun pada ketinggian 500-1500 M dpl, walaupun pada ketinggian dibawah 500 M dpl masih bisa, tetapi biasanya kurang optimal produksinya, misalnya dalampenyiraman/pemberian nutrisi akan lebih banyak volumenya dibandingkan dengan dataran tinggi, ini disebabkan intensitas penyinaran dan suhu didataran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sehingga evapotranspirasipun tinggi. Screenhouse yang dibangun pada ketinggian dibawah 500 M dpl biasanya untuk Nursery/pembibitan, penelitian, atau untuk perikanan an sejenisnya.
Jenis plastik yang biasa digunakan sebagai atap greenhouse yang kuat terhadap faktor iklim antara lain plastik UV, plastik film, polyethylene dan fiberglass. Plastik UV adalah plastik yang dilapisi bahan kimia tertentu, sehingga dapat menahan sinar ultraviolet yang berlebihan tanpa merusak tanaman. Untuk kebutuhan jenis plastik yang umum diperdagangkan di Indonesia adalah jenis plastik UV 6%, 8%, dan 12%, dengan ketebalan sekitar 150 -200 micron.
Disekeliling greenhouse sebaiknya dipasang dinding pengaman. dinding pengaman ini berfungsi melindungi tanaman dari berbagai gangguan yang datang dari luar, yang sifatnya dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Contohnya mencegah masuknya serangga. Dinding pengaman ini yang biasa dipakai adalah sejenis screen, polynet, dsb. (Edi sugiyanto, 2009)
Bentuk dan ukuran greenhouse bisa mempengaruh itemperatur dan kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman. Misalnya, tinggi greenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di luar dan di dalam greenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan greenhouse. Oleh karena itu, supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar greenhouse, maka greenhouse di buat sedemikian rupa sesuai dengan keadaan setempat, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan baik.
Bentuk dan ukuran greenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di tanam.  Syarat ketinggian, suhu, RH, sinar matahari pada dasarnya sayuran & bunga dengan system hidroponik dapat tumbuh pada semua dataran di Indonesia,tetapi karena hidroponik komersial dengan menggunakan Greenhouse, maka faktor iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban (RH). Intensitas cahaya yang dibutuhkan adalah 5-7 jam per hari, tetapi diusahakan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse adalah 60-70 %.


2.3. Sistem pengairan screenhouse/ greenhouse
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukandengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia  modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno. Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkanberdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:
(1) irigasi tetes (drip irrigation),
(2) irigasi curah (sprinkler irrigation),
(3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan
(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation)

Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum.
Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang memiliki efesiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan sistem ini kita akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman. Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. 
Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan digital timer. Digital timerdapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat selama diperlukan. Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume penyemprot rendah yang ideal untuk menjaga tanaman basah. Penggunaannya sangat mudah, dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu. (Ndroe, Jan 2010)


BAB III HASIL WAWANCARA



3.1. Profil Narasumber/ Perusahaan

Totall Cantigi Farm (TCF) merupakan bagian dari kelompok tani Cantigi, dan berada dalam lingkup Gapoktan Bina Taruna Tani Mandiri, dimana usaha tani yang dijalankan oleh TCF merupakan usaha tani pada sayuran ekslusive. Kelompok tani Cantigi terbentuk sejak tahun 1998, dengan ketua kelompok Ir.Iyep Risa Winaya (Ketua Gapoktan Bina Taruna Mandiri). Kelompok tani Cantigi selama kurun waktu 1998 sampai sekarang banyak bergelut pada budidaya tanaman lahan luar seperti tomat, cabe, kentang, kol, selada, wortel, dan lainlain. Sementara usaha budidaya tanaman sayuran pada lahan dalam (menggunakan screenhouse) sudah dimulai sejak tahun 1997, dimana komoditi yang diandalkan selama ini adalah paprika.  Paprika yang ditanam paprika kuning (varietas Sunny dan Caprino), paprika merah (varietas Chang).
Kegiatan lain yang dilakukan oleh TCF adalah tempat penelitian beberapa instansi pemerintah terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Garut, BPTP, BSBI, BBI, dan lainlain. Selain itu, setiap tahun TCF menjadi lokasi PKL, Studi Banding, dan magang beberapa instutusi pendidikan diantaranya adalah sekolah SPMA Tanjungsari, SPMA Garut, mahasiswa APT, UNPAD, UNWIM, UIN Sunan Gunung djati Bandung, UNIGA, dan lainlain

3.2 Hasil Wawancara dan Analisis

Secara umum tanaman paprika memerlukan temperatur 21o C - 27oC pada siang hari dan 13o  C - 16o  C pada malam hari. Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 60%-80%. Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700 mdpl – 1500 m dpl. Penyinaran 8-12 jam/ hari (long day plant). Dalam budidaya paprika, diperlukan keterampilan untuk menerapkan pengetahuan dan teknik budidaya yang sesuai dengan daya duknung agroekosistem, dengan tinjauan berbagai aspek agronomis dan agroekonomi. Keterampilan yang kurangdan pengetahuan yang tidak memadai tentang cabai  paprika yang dibudidayakan dapat menyebabkan kegagalan dan kerugian yang besar. Selain keterampilan dan pengetahuan, dalam membudidayakan cabai paprika sangat dibutuhkan juga modal usaha yang cukup memadai.
Berbagai aspek agronomi yang harus diperhatikan dalam membudidayakan cabai paprika dengan sistem hidroponik dalam memulai membuka peluang usaha disektor ini antara lain : Pemilihan lokasi dan pembangunan screenhouse, pembibitan/penyemaian benih, penanaman, penyiraman, pemeliharaan, pemberian nutrisi, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemanenan, pasca panen
Dalam usaha budidaya paprika hidroponik tidak terlepas dari tiga modal utama yang harus terpenuhi yaitu :
· Pemilihan lokasi
· Pembangunan screen/green house
· Sistem instalasi irigasi yang digunakan

Hal diatas menjadi dasar dalam budidaya paprika, karena tiga aspek diatas merupakan modal penting yang harus terpenuhi agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Sebab dalam usaha budidaya paprika pemilihan lokasi, pembangunan screenhouse dan instalasi irigasi merupakan modal yang cukup besar pengeluarannya akan tetapi hanya satu kali pengeluaran dan dapat digunakan secara kontinuitas. Khususnya pembangunan screenhouse yang akan mempengaruhi terhadap syarat pertumbuhan tanaman paprika dari mulai permukaan tanah, sumber air, ketinggian tempat, curah hujan, suhu/ temperature, kelembaban dan penyinaran.

Prinsip Kerja Kontruksi Screenhouse
Bentuk dan design kontruksi screenhouse yang digunakan adalah bentuk piggy back system atau disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat. Bentuknya seperti rumah biasa dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara, akibatnya hawa panas yang ada di dalam greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat
berjalan dengan baik.





Karena bentuk dan ukuran screenhouse bisa mempengaruhi temperature dan kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman dan mesti diperhatikan betul-betul akan pengaruh yang dapat ditimbulkan dari kontruksi bangunannya.
Pengunaan model screenhouse seperti, tinggi screenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di luar dan di dalam screenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan screenhouse. Oleh sebab itu, supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar screenhouse, maka screenhouse di buat sedemikian rupa sesuai dengan keadaan iklim setempat, sehingga bentuk dan ukuran screenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di budidayakan.
Keuntungan penggunaan screenhouse :

1. Pengaturan jadwal produksi.

Pertanian di Indonesia seperti kita ketahui, sangat tergantung pada keadaan cuaca dan juga terkadang susah diprediksi yang akhirnya petani sulit menentukan jenis tanaman yang akan diproduksi, Dengan kondisi seperti ini, banyak petani terjebak karena salah menentukan komoditas yang di tanam. Karena  jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan banyaknya penyakit seperti fusarium dan pembusukan akar. Atau, jika musim terlalu kering akan menyebabkan tanaman kekurangan air, tingkat serangan hama tinggi yang akhirnya dengan kondisi tersebut menimbulkan kerugian bagi petani seperti gagal panen atau biaya produksi yang tinggi. Untuk meminimalisir kerugian tersebut, tentu harus dicari suatu solusi alternatif bagi petani.
            Budidaya dengan penerapan teknologi pertanian seperti screen house dapat menjadi salah satu pilihan solusi, hal ini karena, pengaturan jadwal produksi dapat dilakukan, seperti dengan menerapkan pola seri tanam yang terkontrol atau dengan mikroklimat yang diatur, sehingga inflasi produksi dapat ditekan, yaitu pada saat tertentu suatu komoditas sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba. Dengan demikian, produksi budidaya secara mandiri dan berkesinambungan dapat dicapai dan ketergantungan pada lingkungan luar bisa diminimalisir.

2. Meningkatkan hasil produksi

Selanjutnya, budidaya di dalam screen house juga dapat meningkatkan hasil produksi lebih tinggi dibanding dengan areal yang terbuka. Karena screen house, diantaranya dapat meningkatkan tingkat harapan hidup dari bunga menjadi buah. Kondisi areal yang beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan. Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi.
3. Konversi lahan

Sebagaimana disebut diatas pada areal luasan yang sama, tingkat produksi budidaya di dalam screen house lebih tinggi dibandingkan di luar screen house. Artinya, terjadi konversi lahan setidaknya 1.5 - 3 kali dibanding budidaya diluar screen house. Hal ini tentu dapat menjadi alternatif di tengah semakin sempit dan mahalnya lahan untuk pertanian juga mengurangi tingginya biaya produksi dari pestisida, terlebih bagi pertanian komoditas hortikultira.

4. Mengurangi biaya pestisida

Sama seperti green house, screen house dapat memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Screen dengan kerapatan mikron yang baik tidak dapat dilewati oleh hama seperti kutu daun, tryps dan lainnya. Sehingga biaya pestisida dapat diminimalisir.

5. Meningkatkan kualitas produksi

Efek radiasi matahari seperti sinar UV, angin,  kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu pestisida tentunya akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil produksi. Dengan kondisi lingkungan yang terlindungi dapat memberikan hasil produksi tanaman yang berkwalitas baik ukuran maupun bentuk visual produk.

6. Sarana agrowisata dan penelitian

Budidaya dengan screen house dapat menjadi sarana agrowisata dimana pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang kita tanam, karena dengan screen house performence budidaya kita akan lebih terlihat profesional dan, screen house dapat menjadi sarana penelitian bagi petani dan civitas pertanian lainnya untuk dunia pertanian yang selalu dinamis perkembangannya.

Sistem Kerja Instalasi Drip Irrigation
Prinsip kerja dari Drip Irrigation atau irigasi tetes ini adalah sebuah system yang menggunakan tabung/ toren dan drippers untuk mengantarkan air dan nutrisi tanaman melalui pipa pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes langsng ke pusat akar dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.
Jumlah debit air atau nutrisi untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Keunggulan sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air disebabkan penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sehingga dengan menggunakan sistem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal itu akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman menjadi rusak.
Ketimbang memanfaatkan gaya gravitasi bumi yang dalam prinsip kerjanya kurang begitu baik, dari segi waktu kurang efesien dan juga pasokan air atau nutris untuk tanaman relative tidak sama dan cenderung adanya kelebihan air pada setiap tanamannya. karena permukaan tanah yang tidak rata, sedangkan untuk menggunakan sistem drip irrigation diperlukan permukaan tanah yang rata, sehingga ketika air yang didorong oleh mesin pompa akan mudah mengalir kecepatan dengan debit yang sama.
Selain itu sistem ini dapat juga menggunakan digital timer, yaitu alat pemberian air yang dapat dikontrol secara otomatis sesuai waktu dan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi karna kendala keamanan maka Total Cantigi Farm hanya menggunakan sistem kalibrasi sederhana, yaitu dengan cara menyimpan gelas ukur secara acak disetiap sudut barisan tanaman sampai mencapai kebutuhan yang telah ditentukan untuk menghitung debit air yang dibutuhkan dan selanjutnya hanya menggunakan satu kontrol saja untuk biasa tahu berapa banyak debit air atau nutrisi yang diberikan pada tanaman setelah melalui proses kalibrasi tersebut.
Oleh sebab itu perlu diketahui terlebih dahulu berapa banyak kebutuhan nutrisi atau air yang diperlukan oleh tanaman satu kali aplikasi.
Contoh : untuk satu periode tanam nutrisi yang dibutuhkan sebanyak 17 set nutrisi maka bila di perhitungkan : 17 x Rp.520000 (harga nutrisi) = Rp.8.840.000 (double row).
Dan bila dihitung rata-rata kebutuhan nutrisi siap aplikasi per tanaman untuk single row adalah :

Analisis Biaya :



Nilai Bangunan Screen dan Sistem Irigasi = Rp. 4.292.400
· Laba Tiap Periode :
Pendapatan Kotor – (Biaya Operasional Tanam + Depresiasi Screen House
dan Irigasi) =
Rp. 75.000.000 – (Rp. 21.246.500 + 4.292.400) = Rp.75.000.000 –
Rp. 25.538.900 = Rp. 49.461.100
· Zakat 5 %
Rp. 49.461.100 x 5% = Rp. 2.473.055

Bila modal dari investasi maka :
Laba Bersih : Rp. 49.461.100
Laba investor : 60% x Rp. 49.461.100 = Rp. 29.676.660
Laba Pengelola : 40% x Rp. 49.461.100 = Rp. 19.5784.440
Pendapatan investor tiap periode : Rp. 29.676.660 + Rp 4.292.400 =
Rp 33.969.060

· Persentase Laba Bagi Hasil untuk Investor : 44,03%
BEP Investasi : Rp 59.625.500 : 33.969.060 = 1,75
Dimana BEP Modal Investasi tercapai setelah 1,75 Periode

· BEP / Titik Impas Produksi Tiap Periode :
Biaya Produksi per Pohon : Rp. 8.498,6
Harga Rata-rata Paprika per Kg : Rp. 10.000
BEP 8.498,6 : 10.000 = 0,8
Jadi, setiap pohon minimal harus mampu berproduksi rata-rata 0,8 Kg Per
Pohon dengan harga jual rata-rata Rp. 10.000/Kg

 

 
















 

 


BAB IV PENUTUP


           
Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah.
Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura budidaya tanaman paprika dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk) yang optimal, sistem irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakansystem Drip irrigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman.
Bentuk dan design kontruksi greenhouse atau screenhouse yang biasa digunakan bermacam-macam diantaranya yang digunakan di TCF adalah bentuk piggy back system atau disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat, dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara. Dan bentuk ini sering sekali digunakan.



                                                                                                                                              










DOKUMENTASI


Topografi Wilayah Desa Cikandang

Budidaya Paprika dalam Screen House
Lokasi Lahan Perkebunan di Lahan luar

Salah satu ScreenHouse TCF Team & Lokasi Untuk Pengembangan
Keadaan dalam Screen
Gambar ScreenHouse tampak luar

Pohon Paprika Mendekati Masa Akhir Panen
Jarak tanam Pohon

Buah Paprika Hijau dan Merah

Jarak Baris Tanaman Paprika

Paprika Kuning

Sistem Irigasi Tetes


Irigasi Tetes (Drip Irrigation)



 


Daftar Pustaka



0 komentar: