Minggu, 19 Juni 2016

Inovasi Pak Yangky Sebagai Pengusaha Sayuran

Inovasi Pak Yangky Sebagai Pengusaha Sayuran
Diajukan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Description: images.png


Disusun Oleh:
Kelompok 7
Erika Wahyuni Saragih           150510140012
Petty Safitri                             150510140038
Fauza Saputra                         150510140042
Sarah Sakinah Umadi             150510140174
Debora Ambarita                    150510140181


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG, 201

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hasil Wawancara Inovasi Petani”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian semester empat program studi agroteknologi, fakultas pertanian di Universitas Padjadjaran.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah berkenan memfasilitasi dan memberi koreksi serta saran untuk terselesaikannya makalah ini. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada ketidaksempurnaan.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Sumedang, April 2016



Penulis
 


DAFTAR GAMBAR


 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permintaan akan komoditas hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan dan jumlah penduduk. Menurut hasil survai BPS (2001), konsumsi sayuran di Indonesia meningkat dari 31,790 kg pada tahun 1996 menjadi 44,408 kg per kapita per tahun pada tahun 1999. Hasil survai tersebut juga menyatakan bahwa semakin tinggi pengeluaran konsumen, semakin tinggi pengeluaran untuk sayuran per bulannya dan semakin mahal harga rata-rata sayuran per kilogramnya yang mampu dibeli oleh konsumen. Artinya bahwa selain kuantitas, permintaan sayuran juga meningkat secara kualitas. Hal ini membuka peluang pasar terhadap peningkatan produksi sayuran, baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun di lain pihak, pengembangan komoditas sayuran secara kuantitas dan kualitas dihadapkan pada semakin sempitnya lahan pertanian yang subur, terutama di Pulau Jawa. Sampai saat ini, kebutuhan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas tinggi belum dapat dipenuhi dari sistem pertanian konvensional.
Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Pengembangan hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal sebagai berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus meningkat, kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi penggunaan lahan, dan adanya masalah degradasi tanah.
Kendala pada sistem pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani.
Selain hal-hal tersebut, meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan pertanian.
Budidaya dengan sistem hidroponik telah dikenal dan dikembangkan secara komersial pada awal tahun 1900-an di Amerika Serikat (Raffar (1993). Di Indonesia, kultur hidroponik telah mulai mendapat perhatian masyarakat dan berkembang sejak tahun delapan puluhan, yang dimulai oleh beberapa pengusaha di daerah perkotaan. Dalam monografi ini akan dikemukakan tentang sistem hidroponik beserta prinsip-prinsip teknik hidroponik dan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa).


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Inovasi Petani

Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang inovatif.
Seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan. wirausahawan yang slalu melakukan inovasi dalam ushanya. maka keuntungan dan kesuksesan akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari karakteristik wirausahawan yang mampu membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya. inovatif secara tidak langsung menjadi sifat pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan akan selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang. kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis. baik langsung maupun tidak langsung seorang wirausahawan adalah orang yangmampu membawa perubahan pada lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia juga berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil. wirausahawan mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. karena disaat semua resah, ia memiliki kreasi dan inovasi untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.
Inovasi pertanian adalah suatu ide, gagasa, atau jasa yang bersifat “baru” yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya harga jual.  Inovasi pertanian ini sudah banyak diterapkan oleh banyak orang.  Inpovasi pertanian ini berupa pengubahan produk pertanian menjadi produk jadi yang dapat langsung di konsumsi tanpa melalui pengolahan yang sulit.  Sudah banyak sekali inovasi pertanian yang diterapkan di Indonesia, inovasi pertanian ini dapat menjadi salah satu solusi dalam permsalahan produk pertanian.  Terdapat beberapa permasalah produk pertanian, sehingga diperlukan suatu inovasi pertanian, yaitu:
a)                  Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky, sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut,
b)                 Sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, sehingga kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin, dan
c)                  Kualitas produk pertanian yang dihasilkan umumnya masih rendah, sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar imternasional (Suprapto, 1999).
Dalam mengadopsi suatu inovasi ini diperlukan beberapa tahapan yang dpaat mendukung suatu inovasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas sebagia berikut.
a)                  Tahap awareness (kesadaran) yaitu tahapan seseorang tahu dan sadar terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
b)                 Tahap interest (keinginan) yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut, sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
c)                  Tahap evaluation (evaluasi) yaitu tahap seseorang membuat keputusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasinya.
d)                 Tahap trial (mencoba) yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
e)                  Tahap adoption(adopsi) yaitu tahap seseorang mamastikan atau mengkonfirmasikan keputusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN WAWANCARA

3.1         Identitas petani dan komoditas yang diusahakan

Petani              : Yangki S.
Lokasi             : Cicalengka
Luas Lahan     : 300 m2 (Screen House Hidroponik)
Komoditas      : Tomat

Hasil Wawancara

Ø  Hambatan yang dialami

Pada dasarnya tidak ada hambatann sulit yang dialami oleh bapak yangki karena yang biasanya menghambat adalah dari segi OPTnya, terkhusus hama. Tetapi hama tersebut masih dapat di tangani oleh pak yangki karena lahannya yang masih baru dan terkontrol juga lahannya tidak terlalu luas.
Ø  Pemasaran
Dalam tahap pemasaran pak yangki tidak merasa terlalu sulit, tetapi berat di akomodasinya saja, karena biaya produksi ditambah biaya akomodasi sehingga menjadi berat.
Ø  Panen
Pak yangki dapat memanen 300kg  dalam waktu 1 bulan. Pada awalnya menggunakan hidroponik pak yangki hanya mencoba saja, menggunakan sekam tidak memakai seperti aeroponik. Hidroponik bisa menggunakan apa saja kecuali tanah.
Ø  Keuntungan konvensional
Menurunkan biaya operasional, kalau tidak ada konvensional tidak dapat menutup biaya produksi.




Ø  Tenaga kerja
Tenaga kerja pada usaha pak yangki adalah sebanyak 2 orang petani. Pak yangki sebagai inverstor dan yang mengelolah adalah partner pak yangki.
Cara pak yangki mengajak petani sekitar untuk melakukan hidroponik yaitu dengan cara berinvestasi. Pak yangki yang memodali para petani karena hidroponik termasuk jenis budidaya yang mahal, tetapi hidroponik dapat bertahan hingga 5-7 tahun kedepan. Pak yangki berpendapat bahwa hidroponik dapat dilakukan oleh semua orang karena hidroponik tidak susah, kalau dipelajarin bisa dimengerti selama seminggu. Sehingga pak yangki berani berinvestasi modal kepada petani didaerah tersebut.
Ø  Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan pak yangki ialah ke pasar, ke supermarket juga. Sejauh ini hasil panen yang dipasarkan pak yangki belum pernah dirijek. Lebih mendominan ke pasar dari pada ke supermarket karena jika ke supermarket permintaannya rendah hanya sekitar 3-5kg serta jika di ke supermarket akan membutuhkan investasi lagi di bagian packagingnya.
Hasil panen pak yangki juga dapat dikirim melalui paket pengiriman. Pak yangki pernah mendapat pesanan secara online ke Surabaya. Pengiriman menggunakan streofom. Jika harus dikirim ke tempat yang jauh maka panennya dipercepat.












Text Box: Gambar 1. Kebun Pak Yangki S.20160510_8645
20160510_7269

Tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki buah berawarna hijau, kuning, dan merah yang biasa dipakai sebagai sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung tanpa diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena masih sekeluarga dengan kentang dan Terung yang mengadung Alkaloid. Nutrisi buah tomat ada bermacam-macam yakni vitamin A, C, K, folat dan kalium. Tomat mengandung sodium, lemak jenuh, kolesterol dan kalori yang rendah. Tomat juga menyajikan kandungan mineral yang baik seperti thiamin, niacin, vitamin B6, magnesium, fosfor dan tembaga.

Dari nutrisi yang terkandung oleh tomat dapat diketahui bahwa tomat memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan tomat sangat diperlukan. Dipihak petani sendiri tomat merupakan komoditas yang dapat diproduksi terus menerus. Akan tetapi harga tomat yang akhir-akhir ini fluktuatif menyebabkan petani tomat tidak ikut merasakan keuntungan dari menanam komoditas yang penting bagi masyarakat tersebut. Oleh karena itu diperlukan manajemen pemasaran tomat yang baik agar petani maupun masyarakat dapat menikmati keuntungan dari buah tomat tersebut.

3.2    Inovasi yang dilakuakan

a)      Penggunaan hidroponik
Bapak Yangki merupakan salah satu petani hidroponik dengan tanaman utama tomat dengan jenis momotaro, komomo, dan cherry. Tanaman lain yang ditanam selain tomat adalah paprika dan horenso. Hidroponik dipilih karna ini merupakan petanian organik yang dapat meningkatkan nilai jual produk pertanian itu sendiri. Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini, hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional (Del Rosario dan Santos 1990; Chow 1990). Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah:
·           penggunaan lahan lebih efisien,
·            tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
·            tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
·           kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
·           penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
·           periode tanam lebih pendek, dan
·           pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :
·           membutuhkan modal yang besar;
·           pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut; dan
·           pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.
20160510_3953
Gambar 3. Pak Yangki dan Lahan Hidroponik Tomat
b)      Penggunaan kassa dan Pengelolaan
Di daerah tropis, idealnya rumah plastik/kasa dibuat di dataran tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan pemilihan jenis komoditas yang akan ditanam. Di daerah tersebut, jenis tanaman bernilai ekonomi tinggi seperti tomat, paprika, selada, kailan, brokoli, cabe, terung, timun, pakcoi, selada, seledri, dan sayuran semusim lainnya yang berasal dari negara subtropis cocok untuk dibudidayakan. Pemilihan jenis komoditas ini merupakan pertimbangan awal yang perlu ditetapkan untuk pengusahaan tanaman dengan kultur hidroponik secara komersial (bukan sekedar hobi). Hanya komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi, diikuti kontinyuitas yang terjamin, yang akan merangsang motivasi produsen mencapai kesuksesan, sekaligus memenuhi preferensi konsumen di pasaran.
20160510_1932
Gambar 4 Penggunaan Rumah Kassa.
20160510_6437
Gambar 5. Penggolahan Lahan yang Dilakukan.

c)      Pemutusan mata rantai
Sistem penjualan bapak Yangki adalah langsung masuk ke dalam market, konsumen dan pengepul. Menurut bapak yangki tidak sepenuhnya pengepul merugikan karena untuk bekerjasama dengan pengepul harus mengetahui persyaratan penjualan. Kelebihan menjual langsung ke konsumen maupun market khusus adalah harga dapat dikontrol oleh bapak Yangki selaku pemilik lahan dan juga petani. Sistem penjualan pak Yangki dinilai cukup efektif karena pak Yangki dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat, apabila pak Yangki masuk kedalam market pak Yangki dapat menentukan harga dan sistem marketing mutualisme dengan cara sebagai marketing tempat pak Yangki memasukan produknya, kini bapak Yangki mencoba untuk menjual produknya secara online dan membuka ritel sendiri. Harga 250 gr tomat komomo pak Yangki dapat menjual berkisar 10.000,- sehingga 1 kg buah tomat dapat menghasilkan 40.000 dengan keuntungan pak Yangki tiap 250 gr berkisar Rp. 3000. Setiap panennya pak Yangki dapat memproduksi sekitar 3kg per tanaman (12 buah per tanaman = 4 cluster) dengan jumlah populasi 1000 tanaman.

20160510_6202
Gambar 6. Pasca Panen, Menghitung Hasil Panen.
20160510_6342
Gambar 7. Tomat dengan Kemasan Plastik.
20160510_8151
Gambar 8. Akun Official  Agrinology Milik Pak Yangky
20160510_9071
Gambar 9. Tomat dengan Kemasan Mika Plastik.



 

 


DAFTAR PUSTAKA

Bugbee, B. 2003. Nutrient management in recirculating hydroponik culture. Paper presented at The South Pacific Soil-less Culture Conference, Feb 11, 2003 in Palmerston North, New Zealand
Del Rosario, A. Dafrosa, and P.J.A. Santos. 1990. Hydroponic culture of crops in the Philippines: Problems and prospect. International Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Raffar, K.A. 1990. Hydroponics in tropica. International Seminar on Hydroponic Culture of High Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Trsinawati, Y.  1996.  Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial.  Penebar Swadaya, Jakarta.
http://manfaat.co.id/manfaat-tomat (Diakses 18 April 2016)

0 komentar: