Inovasi Pak Yangky Sebagai Pengusaha Sayuran
Diajukan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Erika Wahyuni Saragih 150510140012
Petty Safitri 150510140038
Fauza Saputra 150510140042
Sarah Sakinah Umadi 150510140174
Debora Ambarita 150510140181
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG, 201
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Hasil Wawancara Inovasi Petani”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
mata kuliah Sosiologi
Pertanian semester empat program studi agroteknologi, fakultas pertanian di
Universitas Padjadjaran.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah berkenan memfasilitasi dan memberi koreksi serta saran untuk
terselesaikannya makalah ini. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada ketidaksempurnaan.Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
|
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan akan komoditas
hortikultura terutama sayuran terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kesejahteraan dan jumlah penduduk. Menurut hasil survai BPS (2001), konsumsi
sayuran di Indonesia meningkat dari 31,790 kg pada tahun 1996 menjadi 44,408 kg
per kapita per tahun pada tahun 1999. Hasil survai tersebut juga menyatakan
bahwa semakin tinggi pengeluaran konsumen, semakin tinggi pengeluaran untuk
sayuran per bulannya dan semakin mahal harga rata-rata sayuran per kilogramnya
yang mampu dibeli oleh konsumen. Artinya bahwa selain kuantitas, permintaan
sayuran juga meningkat secara kualitas. Hal ini membuka peluang pasar terhadap
peningkatan produksi sayuran, baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun di
lain pihak, pengembangan komoditas sayuran secara kuantitas dan kualitas
dihadapkan pada semakin sempitnya lahan pertanian yang subur, terutama di Pulau
Jawa. Sampai saat ini, kebutuhan konsumen terhadap sayuran yang berkualitas
tinggi belum dapat dipenuhi dari sistem pertanian konvensional.
Salah satu cara untuk menghasilkan
produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang
tinggi per tanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik. Pengembangan
hidroponik di Indonesia cukup prospektif mengingat beberapa hal sebagai
berikut, yaitu permintaan pasar sayuran berkualitas yang terus meningkat,
kondisi lingkungan/ iklim yang tidak menunjang, kompetisi penggunaan lahan, dan
adanya masalah degradasi tanah.
Kendala pada sistem
pertanian konvensional di Indonesia terjadi karena Indonesia merupakan negara
tropis dengan kondisi lingkungan yang kurang menunjang seperti curah hujan yang
tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi keefektifan penggunaan pupuk kimia di
lapangan karena pencucian hara tanah, sehingga menyebabkan pemborosan dan
mengakibatkan tingkat kesuburan tanah yang rendah dengan produksi yang rendah
secara kuantitas maupun kualitas. Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang
tahun cenderung menguntungkan perkembangan gulma, hama, dan penyakit. Di
dataran tinggi, masalah erosi tanah dan persistensi organisme pengganggu
tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produktivitas tanaman petani.
Selain hal-hal tersebut,
meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin
sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan. Hal ini
mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan
pertanian.
Budidaya dengan sistem
hidroponik telah dikenal dan dikembangkan secara komersial pada awal tahun
1900-an di Amerika Serikat (Raffar (1993). Di Indonesia, kultur hidroponik
telah mulai mendapat perhatian masyarakat dan berkembang sejak tahun delapan
puluhan, yang dimulai oleh beberapa pengusaha di daerah perkotaan. Dalam
monografi ini akan dikemukakan tentang sistem hidroponik beserta prinsip-prinsip
teknik hidroponik dan gambaran mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa).
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Inovasi Petani
Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari
yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. orang atau wirausahawan yang
slalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang
inovatif.
Seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan
perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah
ada. inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh
seorang wirausahawan. wirausahawan yang slalu melakukan inovasi dalam ushanya.
maka keuntungan dan kesuksesan akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari
karakteristik wirausahawan yang mampu membawa perubahan pada lingkungan
sekitarnya. inovatif secara tidak langsung menjadi sifat pembeda antara
wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan akan
selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang
dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang. kreatif dan inovatif adalah
suatu kemampuan untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi
sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis. baik langsung
maupun tidak langsung seorang wirausahawan adalah orang yangmampu membawa
perubahan pada lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang sanggup menerima
perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia juga
berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil.
wirausahawan mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba
kalut. karena disaat semua resah, ia memiliki kreasi dan inovasi untuk
memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang
produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.
Inovasi pertanian adalah
suatu ide, gagasa, atau jasa yang bersifat “baru” yang dapat berpengaruh
terhadap meningkatnya harga jual.
Inovasi pertanian ini sudah banyak diterapkan oleh banyak orang. Inpovasi pertanian ini berupa pengubahan
produk pertanian menjadi produk jadi yang dapat langsung di konsumsi tanpa
melalui pengolahan yang sulit. Sudah banyak
sekali inovasi pertanian yang diterapkan di Indonesia, inovasi pertanian ini
dapat menjadi salah satu solusi dalam permsalahan produk pertanian. Terdapat beberapa permasalah produk
pertanian, sehingga diperlukan suatu inovasi pertanian, yaitu:
a)
Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky, sehingga
diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah
tersebut,
b)
Sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim, sehingga kontinuitas produksi agroindustri
menjadi tidak terjamin, dan
c)
Kualitas produk pertanian yang dihasilkan umumnya masih
rendah, sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam
negeri maupun di pasar imternasional (Suprapto, 1999).
Dalam mengadopsi suatu
inovasi ini diperlukan beberapa tahapan yang dpaat mendukung suatu inovasi tersebut
dapat diterima oleh masyarakat luas sebagia berikut.
a)
Tahap awareness (kesadaran) yaitu tahapan seseorang tahu dan
sadar terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap
hal tersebut.
b)
Tahap interest (keinginan) yaitu tahap seseorang
mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah
diketahuinya tersebut, sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
c)
Tahap evaluation (evaluasi) yaitu tahap seseorang membuat
keputusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat
itu ia mulai mengevaluasinya.
d)
Tahap trial (mencoba) yaitu tahap seseorang melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang
baru.
e)
Tahap adoption(adopsi) yaitu tahap seseorang mamastikan atau
mengkonfirmasikan keputusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi
perilaku baru tersebut
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN WAWANCARA
3.1
Identitas petani dan komoditas yang diusahakan
Petani : Yangki S.
Lokasi : Cicalengka
Luas Lahan : 300 m2 (Screen
House Hidroponik)
Komoditas : Tomat
Hasil Wawancara
Ø
Hambatan yang dialami
Pada dasarnya tidak ada hambatann sulit yang dialami oleh bapak yangki
karena yang biasanya menghambat adalah dari segi OPTnya, terkhusus hama. Tetapi
hama tersebut masih dapat di tangani oleh pak yangki karena lahannya yang masih
baru dan terkontrol juga lahannya tidak terlalu luas.
Ø Pemasaran
Dalam tahap pemasaran pak yangki tidak merasa terlalu sulit, tetapi berat
di akomodasinya saja, karena biaya produksi ditambah biaya akomodasi sehingga
menjadi berat.
Ø Panen
Pak yangki dapat memanen 300kg
dalam waktu 1 bulan. Pada awalnya menggunakan hidroponik pak yangki
hanya mencoba saja, menggunakan sekam tidak memakai seperti aeroponik.
Hidroponik bisa menggunakan apa saja kecuali tanah.
Ø Keuntungan konvensional
Menurunkan biaya operasional, kalau tidak ada konvensional tidak dapat
menutup biaya produksi.
Ø Tenaga kerja
Tenaga kerja pada usaha pak yangki adalah sebanyak 2 orang petani. Pak
yangki sebagai inverstor dan yang mengelolah adalah partner pak yangki.
Cara pak yangki mengajak petani sekitar untuk melakukan hidroponik yaitu
dengan cara berinvestasi. Pak yangki yang memodali para petani karena
hidroponik termasuk jenis budidaya yang mahal, tetapi hidroponik dapat bertahan
hingga 5-7 tahun kedepan. Pak yangki berpendapat bahwa hidroponik dapat
dilakukan oleh semua orang karena hidroponik tidak susah, kalau dipelajarin
bisa dimengerti selama seminggu. Sehingga pak yangki berani berinvestasi modal
kepada petani didaerah tersebut.
Ø Pemasaran
Pemasaran yang dilakukan pak yangki ialah ke pasar, ke supermarket juga.
Sejauh ini hasil panen yang dipasarkan pak yangki belum pernah dirijek. Lebih
mendominan ke pasar dari pada ke supermarket karena jika ke supermarket
permintaannya rendah hanya sekitar 3-5kg serta jika di ke supermarket akan
membutuhkan investasi lagi di bagian packagingnya.
Hasil panen pak yangki juga dapat dikirim melalui paket pengiriman. Pak
yangki pernah mendapat pesanan secara online ke Surabaya. Pengiriman
menggunakan streofom. Jika harus dikirim ke tempat yang jauh maka panennya
dipercepat.


![]() |
Tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tumbuhan ini memiliki buah berawarna hijau, kuning, dan merah yang biasa dipakai sebagai sayur dalam masakan atau dimakan secara langsung tanpa diproses. Tomat memiliki batang dan daun yang tidak dapat dikonsumsi karena masih sekeluarga dengan kentang dan Terung yang mengadung Alkaloid. Nutrisi buah tomat ada bermacam-macam yakni vitamin A, C, K, folat dan kalium. Tomat mengandung sodium, lemak jenuh, kolesterol dan kalori yang rendah. Tomat juga menyajikan kandungan mineral yang baik seperti thiamin, niacin, vitamin B6, magnesium, fosfor dan tembaga.
Dari nutrisi yang terkandung oleh tomat dapat
diketahui bahwa tomat memiliki manfaat yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu ketersediaan tomat sangat diperlukan. Dipihak
petani sendiri tomat merupakan komoditas yang dapat diproduksi terus menerus.
Akan tetapi harga tomat yang akhir-akhir ini fluktuatif menyebabkan petani tomat tidak ikut merasakan
keuntungan dari menanam komoditas yang penting bagi masyarakat tersebut. Oleh
karena itu diperlukan manajemen pemasaran tomat yang baik agar petani maupun
masyarakat dapat menikmati keuntungan dari buah tomat tersebut.
3.2 Inovasi yang dilakuakan
a)
Penggunaan hidroponik
Bapak Yangki merupakan salah satu
petani hidroponik dengan tanaman utama tomat dengan jenis momotaro, komomo, dan
cherry. Tanaman lain yang ditanam selain tomat adalah paprika dan horenso. Hidroponik dipilih karna ini merupakan petanian
organik yang dapat meningkatkan nilai jual produk pertanian itu sendiri. Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa
menggunakan media tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti
penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Dalam praktek sekarang ini,
hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah
sebagai penopang pertumbuhan tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem
hidroponik merupakan cara produksi tanaman yang sangat efektif. Sistem ini
dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan
yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi dapat tercapai. Hal ini
berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di mana pertumbuhan
perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian
atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan
mengandung komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk menumbuhkan
perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
Beberapa pakar hidroponik
mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik dibandingkan
dengan pertanian konvensional (Del Rosario dan Santos 1990; Chow 1990).
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah:
·
penggunaan lahan lebih efisien,
·
tanaman berproduksi
tanpa menggunakan tanah,
·
tidak ada resiko untuk
penanaman terus menerus sepanjang tahun,
·
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih
bersih,
·
penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
·
periode tanam lebih pendek, dan
·
pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :
·
membutuhkan modal yang besar;
·
pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman
yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman
akan terkena serangan tersebut; dan
·
pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat
lebih kecil daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan
jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang
cepat dan stres yang serius.

b)
Penggunaan kassa dan
Pengelolaan
Di daerah tropis, idealnya rumah
plastik/kasa dibuat di dataran tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan pemilihan
jenis komoditas yang akan ditanam. Di daerah tersebut, jenis tanaman bernilai
ekonomi tinggi seperti tomat, paprika, selada, kailan, brokoli, cabe, terung,
timun, pakcoi, selada, seledri, dan sayuran semusim lainnya yang berasal dari
negara subtropis cocok untuk dibudidayakan. Pemilihan jenis komoditas ini
merupakan pertimbangan awal yang perlu ditetapkan untuk pengusahaan tanaman
dengan kultur hidroponik secara komersial (bukan sekedar hobi). Hanya komoditas
yang bernilai ekonomi tinggi, dengan produktivitas dan kualitas yang tinggi,
diikuti kontinyuitas yang terjamin, yang akan merangsang motivasi produsen
mencapai kesuksesan, sekaligus memenuhi preferensi konsumen di pasaran.
![]() |
![]() |
c)
Pemutusan mata rantai
Sistem penjualan bapak Yangki adalah
langsung masuk ke dalam market, konsumen dan pengepul. Menurut bapak yangki
tidak sepenuhnya pengepul merugikan karena untuk bekerjasama dengan pengepul
harus mengetahui persyaratan penjualan. Kelebihan menjual langsung ke konsumen
maupun market khusus adalah harga dapat dikontrol oleh bapak Yangki selaku
pemilik lahan dan juga petani. Sistem penjualan pak Yangki dinilai cukup
efektif karena pak Yangki dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat,
apabila pak Yangki masuk kedalam market pak Yangki dapat menentukan harga dan
sistem marketing mutualisme dengan cara sebagai marketing tempat pak Yangki
memasukan produknya, kini bapak Yangki mencoba untuk menjual produknya secara
online dan membuka ritel sendiri. Harga 250 gr tomat komomo pak Yangki dapat
menjual berkisar 10.000,- sehingga 1 kg buah tomat dapat menghasilkan 40.000
dengan keuntungan pak Yangki tiap 250 gr berkisar Rp. 3000. Setiap panennya pak
Yangki dapat memproduksi sekitar 3kg per tanaman (12 buah per tanaman = 4
cluster) dengan jumlah populasi 1000 tanaman.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|
DAFTAR PUSTAKA
Bugbee,
B. 2003. Nutrient management in recirculating hydroponik culture. Paper
presented at The South Pacific Soil-less Culture Conference, Feb 11, 2003 in
Palmerston North, New Zealand
Del
Rosario, A. Dafrosa, and P.J.A. Santos. 1990. Hydroponic culture of crops in
the Philippines: Problems and prospect. International Seminar on Hydroponic
Culture of High Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Raffar,
K.A. 1990. Hydroponics in tropica. International Seminar on Hydroponic Culture
of High Value Crops in the Tropics in Malaysia, November 25-27, 1990.
Trsinawati,
Y. 1996.
Tomat : Pembudidayaan Secara Komersial.
Penebar Swadaya, Jakarta.
http://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/35651/Strategi-Pemasaran-Tomat-Lycopersicum-esculentum-Mill-Di-Kabupaten-Boyolali (Diakses 18 April 2016)
0 komentar: