Sabtu, 18 Juni 2016

Laporan Hasil Wawancara Petani Mengenai Inovasi Pertanian

Laporan Hasil Wawancara Petani Mengenai Inovasi Pertanian


Laporan Hasil Wawancara Petani Mengenai Inovasi Pertanian

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pertanian


Disusun Oleh:
Kelas B
Kelompok 1

                                   
Mega Kartika Hermawan                  (150510140162)
Arkan Aziz Kusuma                         (150510140094)
Nadia Farida                                     (150510140198)
Yoshi Aidha                                      (150510140034)



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016


KATA PENGANTAR


 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan wawancara  ini dapat terselesaikan.  Penulisan laporan wawancara ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sosiologi Pertanian.  Penulis menyadari begitu banyak pihak yang membantu, memberi semangat, dan dorongan sehingga laporan wawancara ini dapat terselesaikan.  Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: Ibu Sri Fatimah, S.P., M.Si selaku Dosen Sosiologi Pertanian yang telah memberi kesempatan penulis untuk menyelesaikan laporan wawancara ini, juga yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan kesabaran serta ketelitian dalam proses penyusunan laporan wawancara.  Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moral, maupun material terhadap penulis.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka, serta melimpahkan pahala.  Harapan penulis semoga laporan wawancara ini dapat berguna bagi semua pihak, baik masa kini maupun masa yang akan datang.  Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat diharapkan.



Jatinangor, 29  Maret 2016


Penyusun



DAFTAR ISI







BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar  Belakang

Perencanaan pembangunan pedesaan  merupakan integrasi dari perencanaan sosial, ekonomi, ekologi, teknologi (termasuk inovasi), fisik-teknis, informasi dan institusi. Pembangunan pedesaan diperlukan agar masyarakat desa bisa bersaing dengan masyarakat secara global. Masyarakat desa yang  mayoritas berprofesi sebagai petani pun perlu melakukan berbagai inovasi dalam menjalankan profesinya. Inovasi tersebut dapat dilakukan pada produk hasil pertanian atau pun pada teknologi pertanian yang digunakan, serta dapat pula dilakukan strategi pemasaran yang lebih maju.
Kegiatan wawancara petani ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi petani di sekitar Jatinangor terkait aplikasi inovasi terhadap bidang pertanian yang digelutinya. Langkah berikutnya adalah dengan membuat suatu rekomendasi agar tujuan dari dilakukannya inovasi dicapai oleh  petani di sekitar Jatinangor ini. Dengan demikian diharapkan pekerjaan bertaninya menjadi lebih efisien, meningkatnya nilai jual hasil panen, dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani tersebut.

1.2 Kegiatan dan Tujuan Wawancara

Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara secara langsung ke daerah Desa Jatiroke dengan narasumber Bapak Ujan, yang telah menggeluti usaha tani sejak sepuluh tahun lalu namun hanya dijadikan sampingan dari pekerjaanya di perusahaan projek pembangunan.  Kendati demikian, usaha Bapak Ujan cukup maju karena telah memiliki puluhan karyawan yang dipekerjakan sebagai buruh tani di lahannya.

1.3 Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan adalah dengan deskriftif analisis. Mengenai hasil  observasi langsung terhadap petani.

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA


Terdapat beberapa pengertian mengenai inovasi menurut beberapa ahli, yaitu:
   a)    Menurut Adam (1988), menyatakan bahwa an innovation is idea or object perceived as new by an individual.
   b)    Menurut Simamora (2003) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh individu atau grup yang relevan.
   c)    Menurut Kotler (2003), menyatakan bahwa inovasi sebagai barang, jasa, dan ide yang dianggap baru oleh seseorang.
   d)   Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1996), menyatakan bahwa an innovation is an idea, method, or object which is regarded as new by individual, but which is not always the result of recent research.
    Dari beberapa definisi tersebut, inovasi memiliki tiga komponen yaitu ide atau gagasan, metode atau praktek, dan produk (barang atau jasa). Untuk dapat disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat “baru”.  Sifat baru tersebut tidak selalu berasal dari hasil penelitian mutakhir.  Hasil penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi, apabila diintroduksikan kepada masyarakat tani yang belum pernah mengenal sebelumnya.  Jadi, sifat “baru” pada suatu inovasi harus dilihat dari sudut pandang masyarakat tani (caon adopter), buka kapan inovasi tersebut dihasilkan. 
Pada inovasi ini terdapat beberapa karakteristik inovasi, yaitu:
a)    Keuntungan relatif (relative advantages) merupaan tingkatan di mana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, secara ekonomis menguntungkan,
b)   Kesesuaian (compatibility) adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nlai yang ada, pengalamann masa lalu, dan kebutuhan adopter.  Oleh karena itu inovas yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel,
c)    Kerumitan (complexity) adalah suatu tingkatan di mana suatu inovasi relatif sulit dimengerti dan digunakan.  Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi,
d)   Kemungkinan untuk dicoba (triability) adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat di coba dalam skala kecil biasanya diaopsi lebih cepat dati pada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu, dan
e)    Mudah diamati (observability) adalah suatu tingkatan hasil-hasil inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan tingkat ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi.  Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.

   Inovasi pertanian adalah suatu ide, gagasa, atau jasa yang bersifat “baru” yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya harga jual.  Inovasi pertanian ini sudah banyak diterapkan oleh banyak orang.  Inpovasi pertanian ini berupa pengubahan produk pertanian menjadi produk jadi yang dapat langsung di konsumsi tanpa melalui pengolahan yang sulit.  Sudah banyak sekali inovasi pertanian yang diterapkan di Indonesia, inovasi pertanian ini dapat menjadi salah satu solusi dalam permsalahan produk pertanian (Mulyoutami, 2013).  Terdapat beberapa permasalah produk pertanian, sehingga diperlukan suatu inovasi pertanian, yaitu:
a)    Sifat produk pertanian yang mudah rusak dan bulky, sehingga diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut,
b)   Sebagian besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, sehingga kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin, dan
c)    Kualitas produk pertanian yang dihasilkan umumnya masih rendah, sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar imternasional (Kartasapoetra, 1994).
Dalam mengadopsi suatu inovasi ini diperlukan beberapa tahapan yang dpaat mendukung suatu inovasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas sebagia berikut.
a)    Tahap awareness (kesadaran) yaitu tahapan seseorang tahu dan sadar terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
b)   Tahap interest (keinginan) yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut, sehingga ia mulai tertarik pada hal tersebut.
c)    Tahap evaluation (evaluasi) yaitu tahap seseorang membuat keputusan apakah ia menolak atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasinya.
d)   Tahap trial (mencoba) yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
e)    Tahap adoption(adopsi) yaitu tahap seseorang mamastikan atau mengkonfirmasikan keputusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut (Serah, 2014).







BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN WAWANCARA


Wawancara dilakukan di wilayah sekitar Desa Jatiroke, Jatinangor dengan Bapak Ujan sebagai narasumbernya.

3.1 Komoditas yang Diusahakan

Komoditas yang ditanam oleh Bapak Ujan adalah padi, singkong, dan jagung.  Pada pelaksanaanya ketiga komoditas tanaman ini ditanam secara tumpang sari dengan maksud untuk menutupi kerugian akibat anjloknya harga pasar.  Luasan lahan Bapak Ujan tersebar di beberapa desa, beliau membelinya dari petani sekitar yang membutuhkan uang untuk kebutuhan hidupnya seperti untuk membuat pesta pernikahan anaknya dan lain-lain.

Gambar 1. Tanaman singkomg
Lahan Bapak Ujan terdiri atas lahan sawah dan lahan tegalan.  Pada lahan sawah ketika air tersedia saja di musim hujan, padi ditanam sebagai komoditas utama.  Setelah padi dipanen lahan sawahnya kemudian dikeringkan dan ditanami jagung sebagai komoditas utama.  Pada lahan tegalan komoditas utama yang yang
ditanam adalah jagung dan ditumpangsarikan dengan singkong.

3.2 Inovasi yang Dilakukan

Tanaman yang dilakukan inovasi pertanian ini dikhususkan untuk tanaman singkong, hal ini dikarenakan secara kuantitas tanaman singkong yang berjumlah sedikit dan jika dilihat dari segi harga tanaman singkong ini terbilang cukup rendah.  Namun, ada beberapa inovasi pertanian yang dilakukan untuk semua komoditas yang ditanam oleh Bapak Ujan, seperti melakukan mini riset terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman pada musim tanam berikutnya dan melakukan strategi dalam pembelian lahan maupun dalam penjualan hasil panen.  Dari hasil wawancara dan analisis penulis, dapat diketahui bahwa Pak Ujan telah melakukan beberapa inovasi dalam usaha taninya diantaranya :
1.                  Inovasi Pada Tahap On Farm
Pada tahap On Farm Bapak Ujan memiliki teknik tersendiri agar produktivitas tanamannya lebih tinggi dari petani lain, yaitu dengan melakukan mini riset sendiri terhadap dosis dan kombinasi pupuk, serta bibit unggul yang paling unggul berdasarkan informasi yang beliau terima dari rekanan kerjanya yang bergelut di bidang pertanian. Beliaupun senantiasa mencari berbagai informasi baik dari internet, ataupun dari networking nya dengan orang-orang dari Dinas Pertanian Jawa Barat.

2.                  Inovasi Pada Manajemen Usaha  Tani
Untuk memperluas lahannya beliau mengkombinasikan pengetahuannya di bidang industri pembangunan dengan pengetahuannya di bidang pertanian mengenai peninjauan tempat yang strategis untuk dilakukan usaha tani.  Lahan-lahan yang dinilai memiliki kesuburan yang cukup beliau usahakan untuk membelinya, beliau melakukan strategi “beli butuh” dari petani-petani yang kesulitan mendapatkan uang untuk kebutuhan tersiernya seperti menikahkan anak dan membuat pesta pernikahan, sedangkan lahan-lahan pertanian yang dinilai sudah tidak subur atau tidak produktif lagi beliau jual ke proyek pembangunan dengan promosi sedemikian rupa.
Dalam mempekerjakan buruh tani pun beliau cukup bijak dan telah mempertimbangkan jumlah HOK dengan kebutuhannya sehingga tidak merugi.  Sebelum menanam tanaman yang diusahakan Bapak Ujan selalu melakukan survey harga jual di pasaran sehingga kemungkinan rugi menjadi lebih kecil. Bapak Ujan seringkali menjual hasil taninya ke pasar atau menjual hasil panenya secara langsung ke konsumen yaitu dengan cara menawarkan kepada tenan-temannya, namun jika harga sedang murah pak Ujan lebih memilih menjualnya ke tengkulak dengan cara “ditebas”.

3.                  Inovasi Pada Produk Pertanian yang Dihasilkan
Dalam rangka meningkatkan nilai jual produknya, dan juga untuk mengantisipasi kerugian saat harga jual komoditasnya rendah Bapak ujan sudah memiliki rencana untuk megubah sebagian produknya menjadi olahan makanan atau bahan baku makanan.  Ide inovasi ini beliau dapatkan dari hasil networking nya dengan orang-orang peranian.  Salah satu yang akan segera beliau realisasikan adalah pembuatan kripik singkong dan pembuatan tepung mocav atau tepung terigu dari singkong, serta pembuatan mie dari tepung mocav tersebut. Untuk teknis manajemennya beliau ingin memberdayakan ibu-ibu petani dalam melakukan inovasi ini.

Dalam memelihara budidaya tanaman singkong yang ditumpangsarikan dengan tanaman padi maupun tanaan singkong yang ditumpangsarikan dengan tanaman jagung melibatkan earga sekitar rumah Bapak Ujan, seperti tetangga dan lain-lain.  Namun, dalam pelibatan warga tersebut Bapak Ujan hanya mempekerjakan warga tersebut tanpa adanya pemberdayaan.  Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pengetahuan atau pengajaran khusus yang diberikan oleh Bapak Ujan terhadap warga tersebut yang dapat menjadikan warga tersebut dapat membangun usaha sendiri atau memiliki lahan sendiri dengan menerapkan pengetahuan yang diberikan.



BAB 4 

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Inovasi pertanian adalah suatu teknik atau inovasi yang dilakukan oleh para petani atau pengusaha dalam bidang pertanian untuk meningkatkan harga jual.  Berdasarkan hasil wawancara petani yang telah dilakukan dan hasil perbandingan dengan kelompok lain, dapat diketahui bahwa rata-rata petani di daerah Jatinangor sudah mengaplikasikan inovasi pada kegiatan on farm nya, manajemen usaha taninya, dan juga pada produk hasil taninya.  Inovasi tersebut, seperti dengan mengubah bentuk hasil panen menjadi keripik  singkong, tepung mocav, dan lain-lain.  Inovasi-inovasi pertanian ini dilakukan karena harga jual hasil panen beberapa komoditas pertanian yang terbilang cukup rendah, namun pemeliharaan tanaman budidaya tersebut yang membutuhkan pengeluaran yang cukup tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Rineka Cipta
Mulyoutami.2013.Inovasi Teknologi Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Serah. 2014. Inovasi dan Adopsi Produk Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

0 komentar: