Laporan Hasil Wawancara Petani Mengenai Inovasi Pertanian
Laporan Hasil Wawancara Petani Mengenai Inovasi Pertanian
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Sosiologi Pertanian
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Mega
Kartika Hermawan (150510140162)
Arkan
Aziz Kusuma (150510140094)
Nadia Farida (150510140198)
Yoshi
Aidha (150510140034)
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulisan laporan wawancara ini dapat terselesaikan. Penulisan laporan wawancara ini bertujuan
untuk memenuhi tugas Sosiologi Pertanian.
Penulis menyadari begitu banyak pihak yang membantu, memberi semangat,
dan dorongan sehingga laporan wawancara ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: Ibu Sri Fatimah,
S.P., M.Si selaku Dosen Sosiologi Pertanian yang telah memberi kesempatan penulis
untuk menyelesaikan laporan wawancara ini, juga yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dengan kesabaran serta ketelitian dalam proses penyusunan laporan
wawancara. Semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moral, maupun material
terhadap penulis.
Semoga Allah SWT membalas
kebaikan mereka, serta melimpahkan pahala.
Harapan penulis semoga laporan wawancara ini dapat berguna bagi semua
pihak, baik masa kini maupun masa yang akan datang. Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca sangat diharapkan.
Jatinangor, 29 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan
pembangunan pedesaan merupakan integrasi
dari perencanaan sosial, ekonomi, ekologi, teknologi (termasuk inovasi),
fisik-teknis, informasi dan institusi.
Pembangunan pedesaan diperlukan agar masyarakat desa bisa bersaing dengan
masyarakat secara global. Masyarakat desa yang
mayoritas berprofesi sebagai petani pun perlu melakukan berbagai inovasi
dalam menjalankan profesinya. Inovasi tersebut dapat dilakukan pada produk
hasil pertanian atau pun pada teknologi pertanian yang digunakan, serta dapat
pula dilakukan strategi pemasaran yang lebih maju.
Kegiatan wawancara petani ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kondisi petani di sekitar Jatinangor terkait
aplikasi inovasi terhadap bidang pertanian yang digelutinya. Langkah berikutnya
adalah dengan membuat suatu rekomendasi agar tujuan dari dilakukannya inovasi
dicapai oleh petani di sekitar
Jatinangor ini. Dengan demikian diharapkan pekerjaan bertaninya menjadi lebih
efisien, meningkatnya nilai jual hasil panen, dan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani tersebut.
1.2 Kegiatan dan Tujuan
Wawancara
Kegiatan
yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara secara langsung ke daerah Desa
Jatiroke dengan narasumber Bapak Ujan, yang telah menggeluti usaha tani sejak
sepuluh tahun lalu namun hanya dijadikan sampingan dari pekerjaanya di
perusahaan projek pembangunan. Kendati
demikian, usaha Bapak Ujan cukup maju karena telah memiliki puluhan karyawan
yang dipekerjakan sebagai buruh tani di lahannya.
1.3 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan adalah dengan deskriftif analisis. Mengenai hasil observasi langsung terhadap petani.
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
Terdapat beberapa pengertian mengenai
inovasi menurut beberapa ahli, yaitu:
a)
Menurut Adam (1988), menyatakan bahwa an
innovation is idea or object perceived as new by an individual.
b)
Menurut Simamora (2003) menyatakan bahwa
inovasi adalah suatu ide, praktek, atau produk yang dianggap baru oleh individu
atau grup yang relevan.
c)
Menurut Kotler (2003), menyatakan bahwa
inovasi sebagai barang, jasa, dan ide yang dianggap baru oleh seseorang.
d)
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1996),
menyatakan bahwa an innovation is an idea, method, or object which is regarded
as new by individual, but which is not always the result of recent research.
Dari
beberapa definisi tersebut, inovasi memiliki tiga komponen yaitu ide atau
gagasan, metode atau praktek, dan produk (barang atau jasa). Untuk dapat
disebut inovasi, ketiga komponen tersebut harus mempunyai sifat “baru”. Sifat baru tersebut tidak selalu berasal dari
hasil penelitian mutakhir. Hasil
penelitian yang telah lalu pun dapat disebut inovasi, apabila diintroduksikan
kepada masyarakat tani yang belum pernah mengenal sebelumnya. Jadi, sifat “baru” pada suatu inovasi harus
dilihat dari sudut pandang masyarakat tani (caon adopter), buka kapan inovasi
tersebut dihasilkan.
Pada inovasi ini
terdapat beberapa karakteristik inovasi, yaitu:
a) Keuntungan
relatif (relative advantages) merupaan tingkatan di mana suatu ide dianggap
suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, secara ekonomis
menguntungkan,
b) Kesesuaian
(compatibility) adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten
dengan nilai-nlai yang ada, pengalamann masa lalu, dan kebutuhan adopter. Oleh karena itu inovas yang tidak kompatibel
dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide
yang kompatibel,
c) Kerumitan
(complexity) adalah suatu tingkatan di mana suatu inovasi relatif sulit
dimengerti dan digunakan. Kesulitan
untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan
adopsi inovasi,
d) Kemungkinan
untuk dicoba (triability) adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dalam
skala kecil. Ide baru yang dapat di coba dalam skala kecil biasanya diaopsi
lebih cepat dati pada inovasi yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu, dan
e) Mudah
diamati (observability) adalah suatu tingkatan hasil-hasil inovasi dapat dengan
mudah dilihat sebagai keuntungan tingkat ekonomis, sehingga mempercepat proses
adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya
tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.
Inovasi
pertanian adalah suatu ide, gagasa, atau jasa yang bersifat “baru” yang dapat
berpengaruh terhadap meningkatnya harga jual.
Inovasi pertanian ini sudah banyak diterapkan oleh banyak orang. Inpovasi pertanian ini berupa pengubahan
produk pertanian menjadi produk jadi yang dapat langsung di konsumsi tanpa
melalui pengolahan yang sulit. Sudah
banyak sekali inovasi pertanian yang diterapkan di Indonesia, inovasi pertanian
ini dapat menjadi salah satu solusi dalam permsalahan produk pertanian
(Mulyoutami, 2013). Terdapat beberapa
permasalah produk pertanian, sehingga diperlukan suatu inovasi pertanian,
yaitu:
a) Sifat
produk pertanian yang mudah rusak dan bulky, sehingga diperlukan teknologi
pengemasan dan transportasi yang mampu mengatasi masalah tersebut,
b) Sebagian
besar produk pertanian bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi
iklim, sehingga kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin, dan
c) Kualitas
produk pertanian yang dihasilkan umumnya masih rendah, sehingga mengalami
kesulitan dalam persaingan pasar baik di dalam negeri maupun di pasar
imternasional (Kartasapoetra, 1994).
Dalam
mengadopsi suatu inovasi ini diperlukan beberapa tahapan yang dpaat mendukung
suatu inovasi tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas sebagia berikut.
a) Tahap
awareness (kesadaran) yaitu tahapan seseorang tahu dan sadar terdapat suatu
inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.
b) Tahap
interest (keinginan) yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang
membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut, sehingga ia
mulai tertarik pada hal tersebut.
c) Tahap
evaluation (evaluasi) yaitu tahap seseorang membuat keputusan apakah ia menolak
atau menerima inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai
mengevaluasinya.
d) Tahap
trial (mencoba) yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang telah
dibuatnya sehingga ia mulai mencoba suatu perilaku yang baru.
e) Tahap
adoption(adopsi) yaitu tahap seseorang mamastikan atau mengkonfirmasikan
keputusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut
(Serah, 2014).
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN WAWANCARA
Wawancara dilakukan di
wilayah sekitar Desa Jatiroke, Jatinangor dengan Bapak Ujan sebagai
narasumbernya.
3.1 Komoditas
yang Diusahakan
Komoditas yang ditanam oleh Bapak Ujan
adalah padi, singkong, dan jagung. Pada
pelaksanaanya ketiga komoditas tanaman ini ditanam secara tumpang sari dengan
maksud untuk menutupi kerugian akibat anjloknya harga pasar. Luasan lahan Bapak Ujan tersebar di beberapa
desa, beliau membelinya dari petani sekitar yang membutuhkan uang untuk
kebutuhan hidupnya seperti untuk membuat pesta pernikahan anaknya dan lain-lain.
Gambar 1. Tanaman singkomg
Lahan
Bapak Ujan terdiri atas lahan sawah dan lahan tegalan. Pada lahan sawah ketika air tersedia saja di
musim hujan, padi ditanam sebagai komoditas utama. Setelah padi dipanen lahan sawahnya kemudian
dikeringkan dan ditanami jagung sebagai komoditas utama. Pada lahan tegalan komoditas utama yang yang
ditanam adalah jagung dan
ditumpangsarikan dengan singkong.
3.2 Inovasi
yang Dilakukan
Tanaman yang dilakukan inovasi pertanian
ini dikhususkan untuk tanaman singkong, hal ini dikarenakan secara kuantitas
tanaman singkong yang berjumlah sedikit dan jika dilihat dari segi harga tanaman
singkong ini terbilang cukup rendah.
Namun, ada beberapa inovasi pertanian yang dilakukan untuk semua
komoditas yang ditanam oleh Bapak Ujan, seperti melakukan mini riset terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman pada musim
tanam berikutnya dan melakukan strategi dalam pembelian lahan maupun dalam
penjualan hasil panen. Dari hasil
wawancara dan analisis penulis, dapat diketahui bahwa Pak Ujan telah melakukan
beberapa inovasi dalam usaha taninya diantaranya :
1.
Inovasi Pada Tahap On Farm
Pada
tahap On Farm Bapak Ujan memiliki
teknik tersendiri agar produktivitas tanamannya lebih tinggi dari petani lain,
yaitu dengan melakukan mini riset sendiri
terhadap dosis dan kombinasi pupuk, serta bibit unggul yang paling unggul
berdasarkan informasi yang beliau terima dari rekanan kerjanya yang bergelut di
bidang pertanian. Beliaupun senantiasa mencari berbagai informasi baik dari
internet, ataupun dari networking nya
dengan orang-orang dari Dinas Pertanian Jawa Barat.
2.
Inovasi Pada Manajemen Usaha Tani
Untuk
memperluas lahannya beliau mengkombinasikan pengetahuannya di bidang industri
pembangunan dengan pengetahuannya di bidang pertanian mengenai peninjauan
tempat yang strategis untuk dilakukan usaha tani. Lahan-lahan yang dinilai memiliki kesuburan
yang cukup beliau usahakan untuk membelinya, beliau melakukan strategi “beli
butuh” dari petani-petani yang kesulitan mendapatkan uang untuk kebutuhan
tersiernya seperti menikahkan anak dan membuat pesta pernikahan, sedangkan
lahan-lahan pertanian yang dinilai sudah tidak subur atau tidak produktif lagi
beliau jual ke proyek pembangunan dengan promosi sedemikian rupa.
Dalam mempekerjakan buruh tani pun beliau cukup bijak
dan telah mempertimbangkan jumlah HOK dengan kebutuhannya sehingga tidak
merugi. Sebelum menanam tanaman yang
diusahakan Bapak Ujan selalu melakukan survey harga jual di pasaran sehingga
kemungkinan rugi menjadi lebih kecil. Bapak Ujan seringkali menjual hasil
taninya ke pasar atau menjual hasil panenya secara langsung ke konsumen yaitu
dengan cara menawarkan kepada tenan-temannya, namun jika harga sedang murah pak
Ujan lebih memilih menjualnya ke tengkulak dengan cara “ditebas”.
3.
Inovasi Pada Produk Pertanian yang
Dihasilkan
Dalam
rangka meningkatkan nilai jual produknya, dan juga untuk mengantisipasi
kerugian saat harga jual komoditasnya rendah Bapak ujan sudah memiliki rencana
untuk megubah sebagian produknya menjadi olahan makanan atau bahan baku
makanan. Ide inovasi ini beliau dapatkan
dari hasil networking nya dengan
orang-orang peranian. Salah satu yang
akan segera beliau realisasikan adalah pembuatan kripik singkong dan pembuatan
tepung mocav atau tepung terigu dari
singkong, serta pembuatan mie dari tepung mocav
tersebut. Untuk teknis manajemennya beliau ingin memberdayakan ibu-ibu
petani dalam melakukan inovasi ini.
Dalam
memelihara budidaya tanaman singkong yang ditumpangsarikan dengan tanaman padi
maupun tanaan singkong yang ditumpangsarikan dengan tanaman jagung melibatkan
earga sekitar rumah Bapak Ujan, seperti tetangga dan lain-lain. Namun, dalam pelibatan warga tersebut Bapak
Ujan hanya mempekerjakan warga tersebut tanpa adanya pemberdayaan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya
pengetahuan atau pengajaran khusus yang diberikan oleh Bapak Ujan terhadap
warga tersebut yang dapat menjadikan warga tersebut dapat membangun usaha
sendiri atau memiliki lahan sendiri dengan menerapkan pengetahuan yang
diberikan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inovasi pertanian adalah suatu teknik atau inovasi
yang dilakukan oleh para petani atau pengusaha dalam bidang pertanian untuk
meningkatkan harga jual. Berdasarkan
hasil wawancara petani yang telah dilakukan dan hasil perbandingan dengan
kelompok lain, dapat diketahui bahwa rata-rata petani di daerah Jatinangor
sudah mengaplikasikan inovasi pada kegiatan on
farm nya, manajemen usaha taninya, dan juga pada produk hasil taninya. Inovasi tersebut, seperti dengan mengubah
bentuk hasil panen menjadi keripik singkong,
tepung mocav, dan lain-lain.
Inovasi-inovasi pertanian ini dilakukan karena harga jual hasil panen
beberapa komoditas pertanian yang terbilang cukup rendah, namun pemeliharaan
tanaman budidaya tersebut yang membutuhkan pengeluaran yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen.
Jakarta : Rineka Cipta
Mulyoutami.2013.Inovasi Teknologi Pertanian.Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Serah. 2014. Inovasi dan Adopsi Produk Pertanian.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
0 komentar: